TITANIUM: makalah Ethnobotani sepertiga jadi hehe

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

makalah Ethnobotani sepertiga jadi hehe

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ethnobotani            
      Ethnobotani berasal dari kata "etnologi" yang bearti kajian mengenai budaya, dan "botani" bearti kajian mengenai  tumbuhan) adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan.Penelitian etnobotani diawali oleh para ahli botani yang memfokuskan tentang persepsi ekonomi dari suatu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat local (Sood, 2001) .Ahli etnobotani bertugas mendokumentasikan dan menjelaskankan hubungan kompleks antara budaya dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama pada bagaimana tumbuhan digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, praktik keagamaan, kosmetik, pewarna, tekstil, pakaian, konstruksi, alat, matauang, sastra, ritual, sertakehidupansosial. Kini ilmu etnobotani mengarah kepada sasaran untuk mengembangkan sistem pengetahuan masyarakat lokal terhadap tanaman obat sehingga dapat menemukan senyawa kimia baru yang berguna dalam pembuatan obat-obatan modern untuk menyembuhkan penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, AIDS danjenispenyakitlainnya (Acharya,2008).
Ilmu etnobotani akan sangat efektif apabila diterapkan pada masyarakat lokal.Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat setempat. Para ahli etnobotani terlebih dahulu harus mengetahui nama-nama tumbuhan yang akan dipelajari, selain nama latin, mengetahui nama sebutan suatu tumbuhan di suatu daerah juga penting.Setelah itu para ahli dapat mempelajari pemafaatan tumbuhan tersebut dalam bidang ekonomi tanpa mengabaikan faktor ekologisnya.Setelah itu stu dilanjutan dapat dilakukan dengan lebih spesifik dan terfokus dengan mengumpulkan sejumlah informasi lain (Purwanto, 2004).
2.2 Desa Meteseh Rowosari
Kondisi Geografi
Sebagai lembaga pemerintahan yang terkecil dalam struktur  pemerintahan, pemerintah desa maupun kelurahan mempunyai fungsi yang strategis yakni sebagai ujung tombak dalam pembangunan nasional dalam sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, dan sebagian besar dari mereka hidup sebagai petani.  Oleh karena itu pemerintah desa atau kelurahan diharapkan dapat lebih memberdayakan segala potensi yang ada di wilayah masing-masing.  Secara geografis Kelurahan Rowosari terletak dalam ketinggian +47 meter diatas permukaan laut, yang berarti bahwa wilayah kelurahan ini secara topografi termasuk dalam dataran rendah, sehingga curah hujan yang dialami wilayah ini sekitar 2.655 mm/tahun.  Kelurahan Rowosari adalah suatu wilayah kelurahan yang terletak  di pinggiran Kota Semarang, di wilayah Kecamatan Tembalang. Secara administratif batas wilayah Kelurahan Rowosari adalah sebagai berikut : 
1) Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kebonbatur Kabupaten Demak
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kalikayen Kecamatan Ungaran
3) Sebelah Timur berbatasan dengan desa Banyumeneng Kabupaten Demak
4) Sebelah Barat berbatasan dengan desa Meteseh Kecamatan Tembalang
Orbitrasi Kelurahan Rowosari adalah sebagai berikut :
1) Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan : + 3 Km
2) Jarak dari pusat Pemerintahan Kota : + 17 Km
3) Jarak dari Ibukota Propinsi : + 15 Km
4) Jarak dari Ibukota Negara : + 563 Km
Adapun luas wilayah Kelurahan Rowosari adalah 719,577 Ha, yang terdiri dari 9 RW dan 41 RT. Dalam pemerintahan di Kelurahan Rowosari setiap RW merupakan satu dukuh yang terdiri dari beberapa RT. Dalam struktur pemerintahan, Kelurahan Rowosari berada dibawah Pemerintah Kecamatan Tembalang dan Pemerintah Kota Semarang dan dipimpin oleh seorang Lurah. Dalam menjalankan pemerintahan, Lurah dibantu oleh seorang Sekretaris Lurah, tiga orang Kepala Seksi (Ka. Sie.) dan empat orang staf kelurahan. Kelurahan Rowosari terdiri dari 2.243 Kepala Keluarga dengan penduduk yang berjumlah 8.722 jiwa, yang terdiri dari 4.212 orang laki- 48 laki dan 4.510 orang perempuan (Sumber data : Monografi Kelurahan Rowosari Pebruari 2006).
Keadaan Sosial Ekonomi
Kehidupan penduduk di Kelurahan Rowosari pada awalnya bercorak agraris dan mata pencaharian masyarakatnya bersifat homogen, karena hampir seluruh penduduk di wilayah Kelurahan  Rowosari ini berprofesi sebagai petani, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun akhir-akhir ini jumlah petani sangat menurun drastis, karena hasil dari bertani tidak dapat dijadikan sebagai penghasilan tetap, karena tidak menentunya musim. Sehingga hal ini menyebabkan para penduduk yang berusia tua masih bertani dan yang berusia muda sebagian besar menjadi buruh bangunan.  Namun perlu diketahui bahwa jenis tanah di Kelurahan Rowosari bersifat sawah tadah hujan, jadi para petani tidak selalu menanami sawahnya dengan padi. Hal ini dikarenakan musim hujan yang tidak menentu, sehingga masa tanam padi hanya bisa dilakukan yang tidak menentu, sehingga masa tanam padi hanya bisa dilakukan satu sampai dua kali dalam setahun. Dan pada musim kemarau para petani menanaminya dengan tanaman palawija. Penduduk di Kelurahan Rowosari mengutamakan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan. Hal ini dapat  terlihat dari banyaknya jumlah penduduk usia sekolah yang berhasil  menamatkan pendidikannya setaraf dengan SMU dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi (D3, S1) maupun ke Pondok  Pesantren. Di Kelurahan Rowosari ini juga terdapat beberapa fasilitas umum seperti tempat peribadatan, sekolah, lapangan olah raga, balai kelurahan dan lain sebagainya yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat di Kelurahan Rowosari.  Di Kelurahan Rowosari ini juga terdapat beberapa fasilitas umum seperti tempat peribadatan, sekolah, lapangan olah raga, balai kelurahan dan lain sebagainya yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat di Kelurahan Rowosari.
Keadaan Sosial Budaya dan Keagamaan
Masyarakat Kelurahan Rowosari sebagai masyarakat yang beretnis Jawa mempunyai corak kehidupan sosial sebagaimana masyarakat jawa lainnya. Namun keadaan sosial budaya masyarakat  Kelurahan Rowosari hampir sebagian besar dipengaruhi oleh agama Islam. Budaya tersebut dipertahankan oleh masyarakat Kelurahan Rowosari sejak dulu sampai sekarang.
 1) Yasinan
Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Ahad malam oleh para remaja dengan acara pembacaan Surat Yasin secara bersama-sama dan dilanjutkan dengan ceramah keagamaan. Hal ini  dilakukan untuk memupuk pengetahuan keagamaan para remaja dan menjaga mereka agar tidak terjerumus dalam kegiatan yang  bertentangan dengan agama. Kegiatan ini biasanya dilakukan di  rumah penduduk secara bergantian.
2) Rebana
Rebana merupakan salah satu budaya Islami yang masih dipertahankan oleh masyarakat di berbagai wilayah, karena merupakan salah satu peninggalan budaya Islam. Di daerah Demak dan sekitarnya termasuk Semarang, group rebana menjamur di berbagai desa maupun kelurahan. Di Kelurahan Rowosari ini pun terdapat delapan group, yang masing-masing bertujuan sama yaitu mempertahankan budaya Islam. Kegiatan kesenian ini biasanya dilakukan untuk memeriahkan berbagai acara baik kegiatan yang bersifat umum maupun dalam kegiatan keagamaan, antara lain Karnaval peringatan Hari Kemerdekaan, Acara Khitanan, Acara Pernikahan, Acara Peringatan Hari Besar Islam dan lain sebagainya.
3) Tahlilan
Kegiatan tahlil ini dilakukan oleh bapak-bapak seminggu sekali  yakni setiap hari Kamis malam setelah salat Isya’. Kegiatan ini di dalamnya berisi acara pembacaan kalimah tayyibah dan siraman  rohani. Selain diadakan rutin seminggu sekali, kegiatan ini juga dilakukan pada saat seorang penduduk mempunyai hajatan baik hajatan kematian, pernikahan, khitanan, syukuran dan lain sebagainya.
4) Manaqiban
Adalah kegiatan membaca kitab Manaqib yang biasanya dilaksanakan secara bergantian di setiap rumah. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu setiap hari Rabu malam. Begitu pula dalam berbagai upacara adat yang ada di Kelurahan Rowosari sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam, misalnya acara selamatan, upacara pernikahan, upacara nyadran, upacara sedekah desa dan lain sebagainya. Dalam acara tersebut pasti tidak akan ketinggalan akan bacaan Al Qur’an dan bacaan kalimah tayyibah serta doa-doa yang sesuai dengan ajaran Islam. Jadi nilai-nilai Islam telah meresap dalam setiap aktivitas kehidupan sosial budaya masyarakat Kelurahan Rowosari.


BAB III
METODLOGI
3.1       Jenis Data
                  Jenis data yang di gunakan dalam wawancara ini adalah data kualitatif-kuntitatif. Data kualitatif adalah berupa uraian deskripsi dan kualitas. Pendekatan kualitatif sasaran kajiannya adalah pola-pola yang berlaku yang merupakan prinsip-prinsip yang secara umum dan mendasar berlaku dan mencolok berdasarkan atas perwujudan dari gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia (Suparlan 1994: 8). Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian ini yang tidak berupa angka, tetapi berupa wacana penggunaan bahasa (Muhadjir 1999: 29). Oleh karena datanya berupa wacana, hasil akhir dalam penelitian ini pun tidak menggunakan perhitungan statistik. Dalam model pendekatan semacam ini, analisis yang dilakukan haruslah didasarkan pada kebudayaan yang dijadikan acuan gerak data-data yang diperlukan. Data kuantitatif berupa angka, jumlah dan nominal. Kedua data tersebut digunakan untuk memperoleh data ethnografi dan kebudayaan suatu kelompok masyarakat.
3.2 Metode Sampling
Metode yang digunakan dalam wawncara ini adalah metode random sampling, dimana semua sampel mendapat kemungkinan untuk terambil.
3.3  Teknik Wawancara
Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah metode wawancara tida terstruktur. Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah teknik wawancara tidak terstruktur. Wawancara bebas (open ended), Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersususn sistematis, Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan, Peneliti belum tahu secara pasti data yang akan     diperoleh , Peneliti bisa bertanya basa-basi, berputar-putar lalu menukik ke permasalahan, Permasalahan mendalam (wawancara mendalam/deep interview), Penelitian pendahuluan.
3.4  Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Teknik observasi terdiri dari observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan wawancara ke lokasi yang dituju, sedangkan observasi tidak langsung dengan cara mencari informasi tidak langsung misalnya dari buku, internet dan lain-lain.
3.5  analisis data
Analisis data terdiri dari analiss kulitatif dan analisis kuntitatif. Analiss kualitatif mencakup kategori pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan yang di temukan di desa Meteseh Rowosari. Analisis kuantitatif mencakup indeks kepentingan pemanfaatan tumbuhan untuk kepantingan masyarakat.

3.6  Presentasi data
NO
TUMBUHAN
PANGAN
BANGUNAN
OBAT
LAIN – LAIN
1.
Jagung hibrida
Biji :
Sebagai pakan burung dan dibuat marning 3



2.
Bambu kuning
Sebagai rebung (lunpia pecinan) 1



3.
Bambu hijau

Sebagai rusuk atap rumah dan pagar 1


4.
Kacang
Sebagai makanan cemilan 2



5.
Kunyit
Sebagai bumbu dapur  2

Sebagai jamu 1

6.
Randu



Kayu randu sebagai tempat telur 4
Buah randu sebagai bantal.
7.
Jati

Kayu jati untuk pintu kunsen 3

Daun jati untuk bungkus nasi, tempe 3
8.
Pisang
Sebagai makanan 1


Daun pisang untuk bungkus nasi 1





















BAB IV
TABEL PEGAMATAN
Jenis – Jenis Tumbuhan yang di peroleh :
NO
TUMBUHAN
PANGAN
BANGUNAN
OBAT
LAIN – LAIN
1.
Jagung hibrida
Biji :
Sebagai pakan burung dan dibuat marning 3



2.
Bambu kuning
Sebagai rebung (lunpia pecinan) 1



3.
Bambu hijau

Sebagai rusuk atap rumah dan pagar 1


4.
Kacang
Sebagai makanan cemilan 2



5.
Kunyit
Sebagai bumbu dapur  2

Sebagai jamu 1

6.
Randu



Kayu randu sebagai tempat telur 4
Buah randu sebagai bantal.
7.
Jati

Kayu jati untuk pintu kunsen 3

Daun jati untuk bungkus nasi, tempe 3
8.
Pisang
Sebagai makanan 1


Daun pisang untuk bungkus nasi 1

BAB V






















AcharyaD,Anshu S. 2008. Indigenous Herbal Medicines: Tribal Formulations and Traditional Herbal Practices. Jaipur:Aavishkar Publishers Distributor
Purwanto Y. 2004. The Ethnobiological Society of Indonesia. J Tropic Etnobiol 1(1):3-5
Sood SK, Nath R. and Kalia, D.C. 2001.Ethnobotany of Cold Desert Tribes of Lahoul-  Spiti (N.W. Himalaya). New Delhi: Deep Publications


0 komentar :

Posting Komentar