TITANIUM: 2015

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Mesenkimal Stem Cell



                                                   


1.1 Latar Belakang

Perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cells) mengalami kemajuan yang  pesat pada dasawarsa terakhir. Para peneliti menggunakan sel punca untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia serta patogenesis penyakit-penyakit yang diderita. Sel Punca juga dapat digunakan sebagai jalan keluar penyakit degeneratif yang bersifat ireversibel sehingga stem cell merupakan harapan baru bagi terapi kedokteran dimasa yang akan datang. Sel  punca  mesenkimal menurut Aggarwal (2005) mampu meningkatkan  toleransi  yang dapat mengurangi  risiko graft versus host-disease (GVHD), penolakan (rejeksi) dan peradangan  (inflamasi).   Hal  tersebut  membuat  sel punca  mesenkimal  menarik  untuk  riset  masa  depan sejauh  penggunaannya  dalam  setting  alogenik  diperhatikan.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1                  Bagaimana karakteristik mesenkimal stem cell?
1.2.2                  Bagaimana teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi mesenkimal stem cell?

1.3  Tujuan

1.3.1        Mengetahui  karakteristik mesenkimal stem cell
1.3.2        Mengetahui teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi mesenkimal stem cell



1.4 Manfaat

Memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai karakteristik mesenkimal stem cell beserta teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi dari stem cell mesenkimal di lembaga penelitian yang berfokus pada sel punca dan diagnostik kanker, Stem Cell and Cancer Institute (SCI) , PT. Kalbe Farma.

II. DAFTAR PUSTAKA


2.1 Sel Punca

Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak atau belum terspesialisasi dan mempunyai kemampuan atau potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu mampu berdiferensiasi dan mampu memperbanyak diri sendiri. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain. Self regenerate atau self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel (Jusuf, 2008) .
Menurut Jusuf (2008) berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan menjadi
a.       Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk membentuk satu individu yang utuh.
b.      Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).
  1. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel  misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
  2. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

2.2  Jenis-jenis Stem Cell

Stem Cell adalah sel yang mampu untuk memperbarui diri dan berdiferensiasi kedalam bentuk sel yang lain. Menurut sumbernya stem cell dapat diklasifikasikan kedalam embryonik stem cell dan adult stem cell yang berisikan hematopoetic, neural crest derived dan mesenkimal stem cell. Sumber baru dari stem cell telah dibuat, dikenal dengan induced pluripotent stem cells (Kaebisch, 2014).
Secara garis besar, menurut sifat totipotensinya,  stem cell dapat dikategorikan menjadi dua kategori besar, yaitu  stem cell dewasa (adult stem cells) yang berasal dari sumsum tulang belakang atau sel darah tepi orang dewasa yang diambil melalui operasi dan  stem cell embrionik (embryonic stem cell) yang berasal dari embrio (janin). Stem cell dewasa memiliki keterbatasan diferensiasi dalam hal pembentukan tipe sel dibandingkan dengan stem cell embrionik. Kelompok stem cell dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu stem cell turunan dari sumsum tulang (bone marrow-derived stem cell), stem cell spesifik di dalam organ, dan  induced pluripotent stem cell (iPSC) yang disebut juga sebagai  stem cell pluripoten yang dinduksi (diprogram ulang sehingga bersifat seperti halnya  stem cell embrionik). Selain itu  stem cell dari sumsum tulang dapat dibagi lagi menjadi  stem cell hematopoitik, sel progenitor (prekursor), dan stem cell mesenkimal (mampu berdiferensiasi menjadi sel penyusun jaringan ikat) (Rachman, 2013).

2.3 Mesenkimal Stem Cell

Stem cell  mesenkimal  terdapat di seluruh  organ tubuh terutama di daerah perivaskuler. Terdapat tiga sumber  stem cell  mesenkimal terbanyak yaitu jaringan adiposa, darah tali pusat, dan sumsum tulang (Kern, 2006).  Stem cell mesenkimal dapat berdiferensiasi menjadi sel adipogenik, myogenik, kardiomyogenik, kondrogenik, dan osteogenik. Karakteristik khas stem cell mesenkimal ialah tidak adanya penanda  stem cell  hematopoietik.  Stem cell mesenkimal dapat mengalami transdiferensiasi menjadi kardiomiosit dan sel jantung lainnya yang dapat meningkatkan fungsi jantung serta remodeling melalui pusat pengaturan  stromal derived factor (SDF-1/CXCR-4) (Sardjono, 2009a ). SDF-1 merupakan molekul di  permukaan sel stroma sumsum tulang sekaligus ligan dari CXCR-4 yang terdapat di  permukaan  stem cell  mesenkimal. Melalui pusat pengaturan SDF-1/CXCR-4, bila terjadi kerusakan jaringan seperti infark, segera terjadi migrasi stem cell  ke daerah tersebut yang selanjutnya dapat membantu proses regenerasi sel jantung. Studi mengenai  stem cell  mesenkimal ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2001 di Jerman yang dilakukan pada seorang laki-laki yang mengalami infark miokard. Hasilnya, daerah infark mengecil dengan fraksi ejeksi, indeks kardiak, dan volume sekuncup naik sebesar 20-30%. Pada studi lainnya, juga ditemukan peningkatan signifikan dari fungsi jantung setelah dilakukan terapi (Schuleri, 2002). Banyaknya publikasi itu, membuka wawasan bagi peneliti dan klinisi dalam mengaplikasikan terapi  stem cell mesenkimal pada pengobatan infark miokard.

Gambar 2.1 Diferensiasi Multilineages Mesenkimal Stem cell (MSC) dan aditif yang digunakan untuk merangsang diferensiasi sel (Sardjono, 2009 b)

2.4  Teknik Isolasi, Kulturisasi, Diferensiasi, dan Kriopreservasi Mesenkimal Stem  Cell

Sumsum tulang manusia merupakan sumber potensial dari stem cell mesenkimal. Stroma sumsum tulang merupakan salah satu organ yang dibentuk oleh stem cell mesenkimal. Oleh karena itu stem cell mesenkimal seringkali disebut sel stromal multipoten. Secara teoritis, stem cell mesenkimal terdapat pada seluruh organ tubuh manusia, lebih tepatnya bagian dari populasi sel yang terdapat di daerah perivaskular. Pertimbangan jumlah sel, aksesibilitas, dan hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat tiga sumber yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan stem cell mesenkimal, yaitu sumsum tulang, darah tali pusat, dan jaringan adiposa. Jumlah stem cell mesenkimal jaringa adiposa lebih banyak dibandingkan stem cell mesenkimal dari kedua sumber lainnya. Literatur ilmiah menyebutkan bahwa persentase isolasi stem cell mesenkimal dari jaringan adiposa menyamai sumsum tulang yaitu 100%. Isolasi stem cell mesenkimal pada darah tali pusat sangat sulit dilakukan, sehingga persentase keberhasilan isolasinya pun hanya berkisar 29-63%. Meskipun demikian, stem cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat memiliki potensi proliferasi yang jauh lebih tinggi, terutama bila dibandingkan stem cell mesenkimal dari sumsum tulang.  Hingga saat ini karakteristik absolut stem cell mesenkimal masih banyak dipertanyakan, terutama yang menyangkut model protein permukaan yang terdapat padanya. Sebagai contoh dari ketidaksesuaian ini adalah keberadaan CD29, CD44, dan CD166 yang sebenarnya juga banyak dimiliki stem cell mesenkimal. Selain itu stem cell yang diisolasi dari jaringan adiposa juga menunjukkan ekspresi CD34 dan CD54 pada permukaannya. Dalam hal potensi diferensiasi, sejumlah peneliti juga melaporkan bahwa stem cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat hanya mampu membentuk dua jalur diferensiasi, yaitu kondrogenik dan osteogenik (Halim, 2010).
     Sesuai bentuk sumbernya, maka langkah  awal yang dilakukan dalam rangka isolasi stem cell mesenkimal dari sumsum tulang dan darah tali pusat adalah dengan mendapatkan populasi sel mononuklear terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa Ficoll-Hypaque dan berdasarkan prinsip perbedaan gradien antar masing-masing populasi sel yang terkandung dalam cairan darah. Berbeda dengan hal tersebut isolasi stem cell mesenkimal dari jaringan adiposa dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan degraasi protein terhadap jaringan kolagen yang menyelimuti stem cell mesenkimal dalam jaringan adiposa. Degradasi protein secara enzimatik ini biasanya dilakukan dengan pemberian enzim kolagenase (Halim, 2010).
   Sifat mesenkimal stem cell yang menempel pada dasar cawan kultur menyebabkan populasi sel mononuklear yang dikultur dan menempel pada dasar cawan dapat diperkirakan terdiri dari stem cell mesenkimal. Setelah melewati beberapa kali subkultur, kemurnian populasi stem cell mesenkimal diperkirakan telah optimal. Kemurnian ini selanjutnya dapat diuji dan dipastikan kembali dengan menggunakan Fluorescence activated sel sorting (FACS) yaitu berdasarkan prinsip keberadaan molekul protein permukaan stem cell mesenkimal (Halim, 2010).
Menurut Halim (2010) sesuai konsensus yang dikeluarkan oleh The International society of Celluler Therapy, sebuah sel yang tergolong stem cell mesenkimal harus memiliki karakteristik berikut:
-     Bila dikultur dalam sebuah cawan kultur plastik, maka sel tersebut akan menempel pada permukaan cawan.
-     Memiliki molekul permukaan (cluster of differentiation, CD): CD73, CD90, dan CD105. Berbeda dengan stem cell hematopoetik, stem cell mesenkimal tidak mengekspresikan CD34, CD14, dan CD45, serta HLA-DR.
-     Mampu berdiferensiasi sesuai tiga jalur utama diferensiasi mesenkimal, yaitu osteogenik (menjadi tulang/osteosit), kondrogenik (menjadi sel tulang rawan/kondrosit), dan adipogenik (menjadi sel lemak/osteogenik).
Dua metode yang paling sering digunakan dalam identifikasi dan isolasi stem cell dewasa adalah pemisahan sel mononuklear yang mengandung stem cell, pada darah tepi. Darah tali pusat, dan sumsung tulang; serta identifikasi dan isolasi stem cell yang terkandung dalam populasi multiseluler dengan menggunakan Fluorescent activated cell sorting (FACS) /flowcytometry. Metode yang paling umum digunakan dalam isolasi populasi sel mononuklear adalah berprinsip sentrifugasi perbedaan densitas (dencity gradient centrifugation). Medium gradien densitas yang umumnya digunakan untuk meakukan hal ini adalah Ficoll® -Hypaque®. Ficoll Hypaaque adalah polimer dekstran yang menginduksi agregasi eritrosit, yang dicampur dengan senyawa aromatik teriodinisasi untuk meningkatkan osmolaritas dan densitas cairan. Populasi sel mononuklear dapat diisolasi dengan menggunakan satu lapis medium, dengan densitas 1,007 g/mL (Halim, 2010).
Teknik ideal dan menjanjikan untuk memperoleh populasi murni sel yang dikehedaki berdasarkan berbagai parameter yang menunjukkan karakteristiknya adalah dengan menggunakan flow cytometer. Secara garis besar flow cytometry terdiri dari tiga sistem yang bekerja secara seksama, yaitu sistem fluiditik (hidrodinamik), sistem optik dan sistem konputer. Penanda fluorescent melekat pada reseptor permukaan stem cell secara spesifik, sehingga stem cell dapat dikenali sebagai sel yang berpijar saat dikenai sinar laser yang dikeluarkan oleh flow cytometer (Halim, 2010).
Medium yang biasa digunakan untuk kulturisasi stem cell mesenkimal adalah α-modified eagle’s medium atau αMEM dan Dulbeco modified eagle’s medium (DMEM) ke medium tersebut biasanya ditambahkan L-glutamin, serta hanya mengandung sedikit kadar glukosa. Uji diferensiasi pada stem cel mesenkimal dilakukan dengan menambahkan senyawa yang mampu merangsang terjadinya diferensiasi yang diinginkan. Selain dengan berdiferensiasi stem cell mesenkimal diduga dapat mengatasi penyakit degeneratif dengan menjadi sel tropik (Halim, 2010).
Simpan beku (kriopreservasi) dapat didefinisikan sebagai sebuah metode untuk menyimpan sel dalam keadaan inaktif, dengan cara melakukan pendinginan hingga mencapai suhu dibawah 0oC (subzero), sehingga dapat digunakan untuk reaktivasi di kemudian hari dengan cara melakukan pencairan. Suhu paling ideal untuk menyimpan sel dalam waktu yang lama adalah -196oC  (dalam nitrogen cair). untuk melindungi sel dari bahaya kematian, maka krioprotektan selalu ditambahkan pada medium yang mengandung populasi sel yang dibekukan.  Jenis krioprotektan yang sering digunakan adalah dimethylsulfoxide (DMSO) dan etilen glikol. Metode yang paling banyak dijadikan standar kriopreservasi adalah metode pendinginan lambat (slow cooling), pendinginan dilakukan secara bertahap, sehingga membutuhkan waktu ±90 menit s.d. 5 jam. Namun metode ini memiliki sejumlah kelemahan. Salah satu alternatifnya adalah metode vitrifikasi yaitu pendinginan sel berlangsung dengan amat cepat, sehingga diharapkan sel dan lingkungan sekitarnya didalam medium kriopreservasi berubah menjadi vitreus atau glassy state  (memiliki tingkat viskositas yang sangat tinggi layaknya kaca) ( Halim, 2010).

2.5 Mekanisme stem cell dalam regenerasi

Homing merupakan aktivitas stem cell untuk kembali kerumahnya, yaitu jaringan atau organ tubuh yang rusak dan hendak diperbaiki. Salah satu contoh protein yang berperan dalam rangsang aktivitas homing stem cell adalah sphingosine 1-phosphate (S1P). Senyawa ini memiliki reseptor S1P3 yang dimiliki oleh stem cell mesenkimal, sehingga memungkinkan adanya perlekatan antara keduanya. Interaksi selular tersebut akan mengarahkan stem cell untuk berdiferensiasi menjadi miofibroblas sekaligus bergerak menuju ke organ hati yang mengalami fibrosis, setelah stem cell diadministrasikan secara sistemik atau secara langsung sampai pada jaringan yang dituju, maka mekanisme regenerasi jaringan yang rusak pun segera dimulai. Mekanisme perbaikan jaringan yang rusak dengan menggunakan stem cell terdiri dari dari dua jenis, yaitu diferensiasi stem cell dan produksi faktor pertumbuhan. Terapi stem cell yang ditujukan untuk penderita kelainan tulang dan otot paling mungkin menggunakan stem cell mesenkimal. Hal ini berdasarkan kemampuan stem cell mesenkimal berdiferensiasi menjadi sel tulang, sel tulang rawan, sel lemak, sel tendon, dan sel stromal sumsum tulang (Halim, 2010).
Stem cell mesenkimal mampu bertindak sebagai sel tropik dalam proses hematopoetik dengan memproduksi sejumlah sitokinin dan faktor pertumbuhan hematopoetik IL-6, IL-7, IL-8, IL-11, IL-12, IL-14, SCF, flt3 ligan (FL), dan macrophage-colony stimulating factor (M-CSF). Faktor atau protein penanda homing stem cell mesenkim lainnya yang berhasil di identifikasi adalah monocyte chemotactic protein-3 (MCP-3) (Halim, 2010).




III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan mulai  tanggal 02 Februari 2015 – Selesai. Lokasi kerja praktik adalah Stem Cell and Cancer Institute, PT Kalbe Farma. Jl. Let. Ahmad Yani No.2, Pulo Mas, Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

        Alat-alat yang digunakan yaitu sterilisator, timbangan analitik, tabung, cawan atau botol kultur, pipet serologi, syringe , needle, gelas piala, botol gelas, gelas ukur, hemocytometer, mikropipet, lemari pendingin 2-8oC, lemari freezer -200oC, APD, pass box interlock, laminar air flow, inkubator CO2, mikroskop inversi, sentrifuge..
Bahan-bahan yang digunakan yaitu  populasi stem cell,  medium kultur, medium gradien densitas (Ficoll Hypaque),  serum, antibiotik, antijamur, faktor pertumbuhan, molekul penanda fluorescent,  krioprotektan,  senyawa perangsang diferensiasi.

3.3 Cara Kerja

3.3.1  Isolasi
  1.  Pemisahan sel mononuklear yang mengandung stem cell, pada darah tepi, arah tali pusat, dan sumsum tulang.
Populasi sel mononuklear diisolasi dengan menggunakan satu lapis medium Ficoll Hypaque  dengan densitas 1,007 g/mL. Setelah darah tercampur dengan Ficoll Hypaque disentrifugasi dengan kecepatan ±400 g pada suhu ruangan. Kemudian lapisan tipis populasi sel mononuklear yang berada diantara lapisan plasma dan lapisan Ficoll Hypaque diambil menggunakan pipet.
2.  Identifikasi dan Isolasi stem cell yang terkandung dalam populasi multiseluler, dengan menggunakan flowcytometry.
Populasi multiseluler diuji dalam alat flowcytometer dengan penambahan molekul penanda spesifik (fluorescent). Sel dilewatkan pada aliran cairan isotonik, sinar laser akan mengenainya. Sel yang diberi label fluorescent (stem cell) akan bermuatan negatif. Sel bermuatan negatif akan jatuh terpisah sehingga populasi murni stem cell diperoleh.
3.3.2 Kulturisasi dan Diferensiasi
Medium kultur α-modified eagle’s medium atau αMEM dan Dulbeco modified eagle’s medium (DMEM) disiapkan dengan penambahan L-glutamin, dan sedikit glukosa.
Diferensiasi dilakukan dengan cara medium ditambahkan senyawa yang mampu merangsang terjadinya diferensiasi yang diinginkan. Medium osteogenik terdiri dari Iscove Modified Dulbecco’s Medium (IMDM) disuplementasi dengan deksametason, asam askorbat, gliserol, atau gliserofosfat. Diferensiasi chondrogenik medium yang umum dipakai terdiri dari Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM) tinggi glukosa disuplementasi dengan deksametason, sodium piofosfat, prolin, Tumor Growth Factor (TGF)  insulin, transferin, asam seleneic, Bovine Serum Albumin (BSA), dan asam linoleat. Diferensiasi adipogenik menggunakan IMDM disuplementasi FBS, deksametason, bovine insulin, 1-metil-3-isobutilamin, dan indometasin. Diferensiasi neurogenik medium menggunakan IMDM disuplementasi dengan basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), asam retinoat, beta mercaptoethanol (BME), setelah dicuci dengan medium D-Hanks kemudian ditambahkan DMSO dan beta hidroxy anisole (BHA). Diferensasi hepatogenik menggunakan IMDM disuplementasi dengan FBS, penisilin dan streptomisin. Selanjutnya digunakan medium IMDM disuplementasi FBS, FGF-4, dan penisilin-streptomisin.
3.3.3 Kriopreservasi
Sel didinginkan pada suhu 0oC (subzero) atau -196oC untuk penyimpanan jangka panjang.



DAFTAR PUSTAKA


Aggarwal  S,  Pittenger MF. Human mesenchymal  stem  cells modulate  allogeneic  immune  cell  responses.  Blood . 2005;105:181522.
Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T, Setiawan B. Stem cell-dasar teori & aplikasi klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.
Kaebisch C, et al, The role of purinergic receptors in stemcell differentiation, Comput Struct Biotechnol J (2014), http://dx.doi.org/10.1016/j.csbj.2014.11.003.
Kern S, Eichler H, Stoeve J, Kluter H, Bieback K. Comparative analysis of mesenchymal stem cells from bone marrow, umbilical cord blood, or adipose tissue. Stem Cells. 2006;24:1294-301.
Rachman, arief. 2013. Stem cell, harapan baru dunia kedokteran. Smart Living. Ed.45: 62-9.
Sardjono CT, Frisca, Prawiro W, Setiawan B, Sandra F. The secrets of Stem cell therapy for myocardial infarction. CDK 2009;36:177-9.
Sardjono, CT et al. Application of a modified method for stem cell isolation from lipoaspirates in basic lab. Medical Journal Indonesia. 2009;18:92-7.
Schuleri KH, Amado LC, Boyle AJ. Early improvement in cardiac tissue perfusion due to mesenchymal stem cells. Am J Physiol Heart Circ Physiol. 2008;294(5):2002-11.

Cara mengobati kudis atau gudig ampuh



Hai sobat Blogger
Udah sekian lama ga ngepost artikel lagi,,, sebenernya males alesan utamanya disamping jadwal kuliah, skripsi dan ponpes yang seabrek...
Awal mula cerita temen sekamar saya sebut saja X terkena penyakit kudis atau yang biasa disebut gudig, ga parah sih, lama kelamaan kudis tersebut menular ke ane, padahal ane udaah ati2 bgt tuh sob... this is the first time ane ngerasaain kudis... kalo malam ampun gatel banget, berhubung ane jaga image jadi garuk2 nya ngumpet :D , soalnya daerah paha yang kena jadi temen2 ga pada tahu :v.. to do point , akhirnya ane nemu resep manjur buat bunuh tuh kudis sampe bekas2nya sob:
1.       Sabun mandi ganti pakai JF SULFUR. Pokoknya yang ada sulfurnya
2.       Kalo mau tidur atau pas gatel olesin pake Salep 88, rasanya enak banget sob.. ini yang utama, ga usah eman2 yah sob, manjur ko
3.       Cuci setrika semua pakaian handuk, kalo udah dipake jangan dipake lagi sebelum dicuci setrika.
4.       Berjemur dibawah matahari sob buat matiin tungau nya
Itu aja ya sob, tapi yang paling penting point 1 dan 2.. semoga artikel ini bermanfaat

nilai sementara praktikum Mikroling 2015

berhubung nilai max 80 maka q kalkulasiin lagi, kalo mau perbaikan nilai (ga harus dibawah 60)  konfirmasi lewat Sms, Thx