ni makalah belum di edit :D Soir yau,, hehe
KONSEP EKOSISTEM, HABITAT, RELUNG, DAN
POPULASI
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah Biologi Semester Dua
yang Diampu oleh Dr. Nanik Heru Suprapti, M.Si
OLEH:
1.Fajria Darell S
2.Rofiqotul Khasanah
3.Dyah Palupi
4. Siska Melani
5. Hesti Siti Astuti
Kelas: C
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep
Ekosistem, Habitat, Relung, dan Populasi“. Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum di Universitas Diponegoro.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
- Dr. Nanik Heru Suprapti M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Biologi Umum.
- Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Biologi Umum.
- Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
- Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Konsep Ekosistem, Habitat, Relung, dan Populasi”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang, 22 Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR
ISI........................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar
Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. ............................ 3
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 7
A. Kesimpulan........................................................................... 7
B. Saran..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di alam yang di
lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis makhluk hidup,baik dari
golongan hewan,tumbuhan ataupun mikroorganisme.Di tanah yang lembab dan gembur
sering di temukan berbagai jenis ikan,di rerumputan sering di temukan
belalang,di semak belukar sering ditemukan ular.Mengapa masing-masing hewan
tersebut.
Lebih sering di
temukan di tempat-tempat yang tertentu dan tidak sembarang tempat. Masalah
kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran(distribusi)
spesies hewan tersebut di muka bumi ini,selalu berkaitan dengan masalah habitat
dan relung ekologinya. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak
lingkungan yang ditempati populasi hewan,sedang relung ekologinya menunjukkan
dimana dan bagaimana kedudukan populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor
abiotik dan biotik lingkungannya itu.Secara sederhana habitat di artikan
sebagai tempat hidup dari makhluk hidup,atau diistilahkan juga dengan biotop. Untuk
mudahnya,habitat seringkali diibaratkan
sebagai”alamat” dari populasi hewan,sedang relung ekologi dimisalkan
sebagai “profesi” di alamat itu. Maka dari itu, untuk lebih jauh memahami konsep tentang ekosistem,
habitat, relung dan populasi maka penulis menyusun makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan ekosistem?
2. Apa
sajakah komponen dari ekosistem?
3. Apa sajakah macam ekosistem?
4. Apa yang dimaksud dengan habitat?
5. Apa saja macam habitat?
6. Apakah yang dimaksud dengan relung (niche)?
7. Apakah
pengertian dari populasi?
8. Apa
saja karakteristik dari populasi?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mendeskripsikan
pengertian ekosistem.
2. Mendeskripsikan
komponen ekosistem.
3. Mendeskripsikan
macam-macam ekosistem.
4. Mendeskripsikan
pengertian habitat.
5. Mendeskripsikan
macam-macam habitat.
6. Mendeskripsikan
pengertian relung (niche).
7. Mendeskripsikan
pengertian populasi.
8. Mendeskripsikan
karakteristik populasi.
BAB II
KONSEP EKOSISTEM ,
HABITAT, RELUNG, DAN POPULASI
A. KONSEP EKOSISTEM
1. Pengertian Ekosistem
Ekosistem
adalah suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati
(organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup) serta antara
unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik.
2. Komponen Ekosistem
Berdasarkan
fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen, yaitu :
a.
Komponen
autrofik (autos = sendiri ; trophikos = menyediakan makanan), yaitu organism
yang mampu menyediakan makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dari
bahan-bahan anorganik dengan bantuan energy matahari atau klorofil (zat hijau
daun). Oleh karena itu semua organism yang mengandung klorofil disebut
organisme autrofik.
b.
Komponen
heterotrofik (hetero = berbeda, lain) yaitu organisme yang mampu memanfaatkan
hanya bahan-bahan organic sebagai bahan makanannya dan bahan tersebut
disintesis dan disediakan oleh organism lain. Hewan, jamur, danjasad renik
(mikroorganisme) termasuk
dalam kelompok ini.
Sedangkan
berdasarkan penyusunnya, maka ekosistem dibedakan menjadi empat komponen, yaitu
:
a.
Bahan tak hidup
(abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara
sinar matahari, dan sebagainya dan merupakan medium atau substrat untuk
berlangsungnya kehidupan. Tanah merupakan tempat tumbuh dan sebagai sumber
mineral-mineral bagitumbuh-tumbuhan, tempat tinggal hewan dan manusia. Udara
antara lain terdiri atas nitrogen, oksigen dan karbondioksida. Oksigen
diperlukan makhluk hidup untuk bernafas. Karbondioksida, air dan cahaya
diperlukan oleh tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Air diperlukan dalam
pembentukan struktur tubuh makhluk hidup dan dalam proses kegiatan-kegiatannya.
Air juga merupakan tempat hidup makhluk hidup yang hidup di air.
b.
Produsen, yaitu
organisme yang autotrofik yang umumnya tumbuhan berklorofil, yang mensintesis
makanan dari bahan anorganik yang sederhana.
c.
Konsumen, yaitu organisme heterotrofik
dimana menggunakan bahan organic untuk makanannya, misalnya manusia dan
hewan. Konsumen dibedakan atas beberapa
tingkat. Konsumen pertama merupakan hewan-hewan yang langsung memakan tumbuhan.
Hewan pemakan tumbuhan ini disebut juga herbivora. Konsumen kedua adalah hewan
yang memakan konsumen tingkat pertama. Hewan ini disebut juga karnivora.
Konsumen ketiga adalah hewan yang memakan konsumen kedua. Dan seterusnya
Karnivora puncak atau biasa disebut pemangsa puncak adalah konsumen yang
tertinggi tingkatannya di dalam piramida makanan.
d.
Pengurai, perombak.
Atau “decomposer”, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organic
yang berasal dari organisme mati (bahan organic kompleks, menyerap sebagian
hasil penguraian tersebut dan melepas bahan-bahan yang sederhana yang dapat
dipakai oleh produsen. Bacteria dan jamur termasuk dalam kelompok ini.
3) Macam Ekosistem
Secara
garis besar ekosistem dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem darat (terestrial)
dan ekosistem perairan (aquatik).
Ekosistem darat
Terdiri
atas beberapa macam bioma antara lain bioma gurun, padang rumput, hutan hujan
tropis, hutan gugur, taiga, dan tundra.
a)
Bioma Gurun
Gurun
merupakan daerah kering yang curah hujannya hanya 20 cm per tahun. Vegetasi
dominan pembentuk bioma gurun adalah kaktus. Adapun hewan yang hidup di
bioma ini umumnya aktif pada malam hari atau nokturnal. Hal tersebut
merupakan adaptasi terhadap suhu lingkungan yang sangat panas dan untuk
mengurangi kehilangan cairan tubuh.
b). Padang
Rumput
Bioma ini
memiliki karakteristik beriklim sedang, dengan curah hujan berkisar antara
25–75 per tahun dan vegetasi dominannya adalah rumput. Adapun hewan yang
hidup di bioma ini adalah kelinci, serigala, dan kuda.
c). Hutan
Hujan Tropis
Bioma hutan
hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti
Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta
Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun
dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun.
Tumbuhan dan
hewan yang hidup di bioma ini paling beragam (memiliki keanekaragaman paling
tinggi) dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma
lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana
(tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek.
Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.
d). Hutan
Gugur
Bioma hutan
gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan tersebar di Amerika Timur, Eropa
Tengah, dan Asia Timur. Bioma ini memiliki ciri-ciri suhu yang sangat rendah
pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas (-30°C hingga 30°C). Curah
hujan tinggi dan merata, serta jenis pohon yang dapat menggugurkan daunnya pada
saat musim panas (pada hutan gugur daerah tropis) dan pada saat musim dingin
(pada hutan gugur iklim sedang). Hewan yang hidup di bioma ini antara lain
tikus, beruang, bajing dan burung. Beberapa hewan pada bioma ini dapat
melakukan hibernasi, yaitu tidur panjang selama musim dingin dengan terlebih
dahulu mengkonsumsi banyak makanan.
e). Taiga
Bioma taiga
dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma
ini memiliki curah hujan 35 cm sampai dengan 40 cm per tahun. Daerah ini sangat
basah karena penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma
taiga terdapat di daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100
cm per tahun. Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat,
dan Asia bagian timur. Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya konifer
dan pinus. Hewan yang hidup di bioma ini di antaranya adalah rusa, beruang
hitam, salamander, dan tupai.
f). Tundra
Bioma tundra
terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang memiliki curah hujan
yang rendah. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada
musim dingin, air dalam tanah dingin dan membeku sehingga tumbuhan tidak dapat
tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut.
Binatang yang dapat ditemui di bioma ini, antara lain beruang kutub, reindeer
(rusa kutub), serigala, dan burung-burung yang bermigrasi ketika musim-musim
tertentu.
7). Savana
Savana merupakan
padang rumput yang didominasi oleh rumput dengan semak serta pohon yang
terpencar. Savana memiliki curah hujan sekitar 90–150 cm per tahun. Hewan yang
hidup di dalamnya, antara lain gajah, kuda, dan zarafah.
Ekosistem
Perairan
Meliputi
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Pada
ekosistem air tawar memiliki ciri antara lain: variasi suhu rendah dan
dipengauhi keadaan iklim dan cuaca. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
diterima, habitat air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu :
·
Litoral, yaitu daerah dangkal sehingga memungkinkan
cahaya matahari dapat mencapai dasar perairan.
·
Limnetik, yaitu daerah terbuka
sampai kedalaman tertentu masih dapat ditembus cahaya.
·
Profundal, yaitu daerah dasar
perairan sehingga cahaya tidak mampu mencapai dasar perairan.
Berdasarkan keadaan airnya (aliran airnya), habitat
air tawar dibedakan menjadi 2, yaitu :
·
Lotik, yaitu ekosistem air tawar
yang keadaan airnya mengalir. Contoh : sungai, mata air, dan sebagainya .
·
Lentik, yaitu ekosistem air yang keadaan
airnya tenang. Contoh : kolam, waduk, dan sebagainya.
Pada ekosistem air laut memiliki ciri antara lain
salinitasnya tinggi, tidak dipengaruhi variasi suhu dan iklim.
Berdasarkan
intensitas cahaya matahari, habitat laut dibedakan :
·
Daerah fotik (eutrofik), yaitu
daerah yang masih ditembus cahaya.
·
Daerah disfotik, yaitu daerah yang
sedikit cahaya (remang –remang)
·
Daerah afotik, yaitu daerah yang
tidak mendapat cahaya matahari.
Berdasarkan
fisiknya (secara vertikal), daerah laut dibedakan :
·
Daerah litoral, yaitu daerah yang
dipengaruhi pasang surut (0 – 200 meter).
·
Daerah batial, yaitu daerah yang
kedalamannya antara 200 – 2000 meter.
·
Daerah abisal, yaitu daerah yang
kedalamannya antara 2000 – 4000 meter.
·
Daerah hadal, yaitu daerah yang
kedalamannya lebih dari 4000 meter.
B. HABITAT
1.
Pengertian
Habitat
Habitat adalah
tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam
ekosistem yang menjadi habitatnya ada bermacam-macam, seperti perairan,
daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau
tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.
2. Macam Habitat
Habitat
adalah tempat tinggal berbagai jenis organism hidup melaksanakan kehidupannya.
Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada bermacam-macam, seperti perairan,
daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga sebgai tempat
tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup
dalam ekosistem.
Secara
garis besar, dikenal empat tipe habitat utama yaitu daratan, perairan tawar,
perairan payau, dan estuaria serta perairan bahari/laut. Masing-masing kategori
utama itu dapat dipilah-pilahkan lagi tergantung corak kepentingannya mengenai
aspek yang ingin diketahui. Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dapat
dikenal 4 macam habitat yaitu :
a. Habitat
yang konstan, yaitu habitat yang kondisinya terus-mnerus relatif baik atau
kurang baik.
b.Habitat
yang bersifat memusim, yaitu habitat yang kondisinya secara relative teratur
secara berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
c. Habitat
yang tidak menentu, yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi
yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramalkan.
d. Habitat
yang ephemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami perioda kondisi baik yang
berlangsung relative singkat, diikuti oleh suatu perioda dengan kondisi yang
berlangsung relative lama sekali.
Berdasarkan
variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam :
a.
Habitat yang
bersinambung, yaitu apabila suatu habitat mengandung area dengan kondisi baik
yang luas sekali yang dapat dijelajahi populasi penghuninya.
b.
Habitat yang
terputus-putus, yaitu suatu habitat yang mengandung area dengan kondisi baik,
letaknya berselang-seling dengan area berkondisi kurang baik.
c.
Habitat yang terisolasi, yaitu suatu habitat yang mengandung
area berkondisi baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area
berkondisi baik.
Berdasarkan
ukuran dan bentuknya, menggunakan skala geografi, menurut Hugget (2003) habitat
dibagi menjadi :
a. Microhabitat : mengacu pada kondisi habitat
terkecil dimana masih terjadi interaksi antar organism dengan lingkungannya.
Luas microhabitat beberapa cm persegi hingga beberapa meter suatu area.
b.
Mesohabitat : suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar daripada
microhabitat dan lebih kecil dari makrohabitat. Ukuran mesohabitat sekitar
10.000 km
c.
Macrohabitat : lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang sangat besar
(seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya sekitar 1.000.000
km
d.
Megahabitat : terdiri
dari benua
Habitat
organisme bisa lebih dari satu tempat. Misalnya burung pipit mempunyai habitat
di sawah untuk aktivitas mencari makan, juga mempunyai habitat di atas
pepohonan untuk bertelur. Habitat ikan salem ketika dewasa adalah di laut,
waktu akan bertelur pindah habitatnya di sungai, bahkan sampai ke hulu sungai.
Ikan salem bertelur di hulu sungai dan anak yang telah ditetaskan akan tinggal
bertahun-tahun di sungai, kemudian ketika memasuki fase dewasa ikan salem itu
pindah habitat lagi ke laut.
Contoh
lainnya adalah ikan arwana mempunyai habitat di air tawar dan ada pula yang di
air payau. Habitat katak ketika dewasa adalah di darat, sedangkan ketika fase
telur dan berudu berada di air tawar. Pohon ramin (Gonystylus bancanus)
mempunyai habitat di hutan gambut juga di hutan-hutan daratan dengan tanah
berpasir, ketinggian tempat 2-100 m dari permukaan laut. Pohon Matoa (Pometia
pinnata) mempunyai habitat di pinggir sungai, juga di daerah yang bertanah
liat, tanah pasir atau lempung di hutan daratan dataran rendah hingga di hutan
pegunungan (ketinggian tempat kurang dari 1.700 m dpl.). Pohon kempas
(Koompassia malaccensis) mempunyai habitat di hutan rawa, juga di hutan daratan
dengan tanah liat atau pasir yang ketinggian tempatnya adalah 0-600 m dpl.
Habitat suatu organisme itu pada
umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai dengan persyaratan hidup
organisme yang menghuninya. Persyaratan hidup setiap organisme merupakan
kisaran faktor-faktor ekologi yang ada dalam habitat dan diperlukan oleh setiap
organisme untuk mempertahankan hidupnya. Kisaran faktor-faktor ekologi bagi
sefiap organisme memiliki lebar berbeda yang pada batas bawah disebut titik
minimum, batas atas disebut titik maksimum, di antara titik minimum dan tifik
maksimum disebut titik optimum. Ketiga titik tersebut dinamakan titik kardinal.
C. RELUNG
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada
posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies tertentu
berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya.
Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk
menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Habitat adalah
pemaparan tempat suatu organisme dapat ditemukan, sedangkan relung adalah
pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme berhubungan dengan lingkungan fisik
dan biologisnya. Ekologi dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk
hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan
abiotik (benda tidak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi
tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan
pemangsa dalam suatu ekosistem. Kata "relung" mulai mendapat arti
ilmiah pada tahun 1933 oleh tulisan Charles Sutherland Elton,
seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi komunitas dan populasi, lewat pernyataannya,
"relung suatu organisme adalah mode dari kehidupan organisme tersebut
dalam hal peran atau profesinya dalam suatu komunitas manusia."
Istilah
relung (niche) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada tahun 1917.
Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut dengan mikrohabitat.
Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa setiap relung hanya
dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan oleh Grinnell
inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita mengatakan relung
habitat dari kalajengking, maka kita akan menjelaskan mikrohabitat kalajengking
tersebut. Dengan demikian kita harus menjelaskan pada suhu dan kelembaban
berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak, apakah
dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya.
Niche
(relung).
Relung ekologi dari suatu organisme adalah posisi yang diisinya pada
lingkungan, termasuk kondisi dimana organisme itu ditemukan, sumber daya yang
digunakan dan waktu kejadiannya.
Habitat. Habitat organisme adalah lingkungan
fisik dimana organisme ditemukan. Sebagai contoh hutan temperata berdaun lebar,
hutan hujan tropis, dll. Tiap habitat menyediakan sejumlah relung.
Ruang
relung multidimensional. Tiap kondisi atau sumber daya yang mendefinisikan relung
dari suatu organisme berkontribusi satu dimensi bagi ruang dimana organisme itu
akan berada. Mempertimbangkan semua dimensi secara bersama-sama mendefinisikan
secara penuh relung milik organisme dan hal ini disebut ruang relung
multidimensional atau ‘n-dimensional hipervolume’
Relung
fundamental.
Ruang relung suatu organisme dapat mengisi ketiadaan kompetisi atau predasi
yang disebut sebagai relung fundamental.
Relung
sesungguhnya.
Ruang relung yang dimiliki oleh suatu organisme ketika kompetisi dan predasi
terjadi adalah relung sesungguhnya, dimana selalu ada sub-set dari relung
fundamental.
Relung-kuari-batu-di
kurim
Aspek penting dari relung populasi ialah
orbit dan habitat, orbit digunakan disini sebagai terjemahan range yang merupakan ruang kehidupan
spesies lingkungan geografi yang luas sedangkan habitat menyatakan ruang
kehidupan lingkungan lokasinya.
D. POPULASI
1. .
Pengertian Populasi
Populasi
adalah kumpulan organisme yang berasal dari spesies yang sama dan hidup di
wilayah geografis yang sama pada waktu tertentu. Wilayah yang dihuni oleh populasi merupakan wilayah yang memungkinkan
pasangan populasi dapat berkembangbiak melalui interaksi genetik sedemikian
rupa, sehingga kecil kemungkinannya berinteraksi genetik dengan individu dari
daerah lain.
Berangkat dari populasi yang baru
saja ditulis, maka di atas planet bumi kita pada saat ini kurang-lebih ditemui
5 juta spesies vegetasi, 10 juta spesies binatang dan mungkin sebanyak 2-3 juta
spesies mikroorganisme yang kira-kira baru 10% dari organisme itu baru berhasil
di identifikasi dan diberi nama. Kemajuan teknologi industri yang beragam
akhir-akhir ini telah membinasakan banyak spesies sampai punah sebelum dikenal
dan diberi nama, hingga kini orang hanya berspekulasi tentang keberadaan mereka
itu seperti juga spekulasi tentang keberadaan nenek-moyang Indonesia pada masa
lalu.
Jika populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara
lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Namun kenyataannya adalah
populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk
memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan
terlampaui dan berdampak pada kualitas hidup manusia yang rendah.
Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu :
1.
Density-dependent, tergantung kepada jumlah
individu didalam populasi.
2.
Density-independent,tidak tergantung kepada
jumlah individu didalam populasi. Karena faktor: cuaca dan iklim (kekeringan, badai, banjir, angin, suhu
dan lain-lain), kerusakan geologis (gempa, tsunami, letusan gunung berapi, dan
lain-lan).
Pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas
untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya.
Karakteristik ini antara lain: kepadatan (densitas), laju
kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi
biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas
merupakan penentu utama pertumbuhan populasi. Dinamika populasi dapat juga
disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat
bergerak, misalnya ternak dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan
satu atau lebih organisme ke daerah lain atau peristiwa didatanginya suatu
daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat
kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. Emigrasi adalah
peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga
populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan
meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan
jumlah populasi. Populasi ternak atau manusia dapat berubah, namun perubahan
tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila
ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana
alam, dan wabah hama.
2. Karakteristik
Populasi
Populasi memiliki sifat-sifat
(karakteristik) yang dapat diukur secara statistik dan bukan sifat
daripada individu-individu penyusunnya, di antara sifat-sifat tersebut adalah
kepadatan, laju perkembangan populasi, natalitas dan mortalitas, distribusi umur,
potensi biotik, penyebaran dan bentuk pertumbuhan.
a.
Laju
Perkembangan Populasi
Laju
perkembangan populasi ditandai dengan adanya perubahan jumlah populasi disetiap
waktu. Perubahan ini biasanya dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan
migrasi. Model eksponensial merupakan model pertumbuhan yang sangat sederhana.
Pada model ini individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan seperti
kompetisi dan keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi dapat
dihitung jika banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui. Jeda waktu untuk
populasi merespon terhadap perubahan dalam ketersediaan sumberdaya dapat
mempengaruhi
laju tercapainya keseimbangan pada daya dukung. Dengan berkurangnya sumber daya, laju pertumbuhan populasi akan menurun
dan akhirnya berhenti. pola ini disebut sebagai pola pertumbuhan logistik.
Tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan
makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi
kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah
lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan
menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang
dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya
pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun
berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.
Dalam demografi dan ekologi , tingkat pertumbuhan populasi (PGR=
Percentage Growth) adalah tingkat di
mana jumlah individu dalam suatu populasi meningkat dalam jangka waktu tertentu
sebagai fraksi dari
populasi awal. Secara khusus, PGR biasanya mengacu pada perubahan dalam
populasi selama periode waktu unit, sering dinyatakan sebagai persentase dari
jumlah individu dalam populasi pada awal periode itu. Cara yang paling umum
untuk mengekspresikan pertumbuhan populasi adalah sebagai persentase,
bukan sebagai tingkat. Perubahan
dalam populasi selama periode satuan waktu dinyatakan sebagai persentase dari
populasi pada awal periode waktu. Dengan Rumus:
Percentage Growth = Growth rate x 100%
Untuk periode waktu kecil dan tingkat pertumbuhan, populasi
ditambahkan adalah tingkat pertumbuhan dikalikan dengan jangka waktu. Sebuah
rasio pertumbuhan positif (atau tingkat) menunjukkan bahwa populasi meningkat,
sementara rasio pertumbuhan negatif menunjukkan populasi menurun. Sebuah
rasio pertumbuhan nol menunjukkan bahwa ada jumlah yang sama orang di dua kali
- selisih bersih antara kelahiran, kematian tingkat pertumbuhan mungkin nol
bahkan ketika ada perubahan signifikan dalam tingkat kelahiran, tingkat
kematian, tingkat imigrasi, dan usia distribusi antara dua kali. Demikian
pula, persen angka kematian = jumlah rata-rata kematian dalam setahun untuk
setiap 100 unit/individu dalam total populasi.
b.
Natalitas (Kelahiran)
Natalitas merupakan kemampuan suatu
populasi untuk menambah jumlah anggotanya secara inheren/besar. Laju natalitas
adalah sama dengan laju kelahiran dalam terminology ilmu kependudukan
(demography). Natalitas maksimum adalah penambahan jumlah anggota populasi
dalam kondisi ideal (tidak ada faktor eksternal yang membatasi). Sedangkan
natalitas ekologi adalah pertambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi alam
senyatanya.
Natalitas biasanya dinyatakan sebagai
laju yang diperoleh dengan membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan
satuan waktu (dNt/dt, laju natalitas absolute) yang dapat juga dinyatakan dalam
jumlah individu baru per-satuan waktu per-satuan populasi (dNt/Ndt) disebut
natalitas spesifik). Untuk natalitas dNn menunjukkan jumlah individu baru yang
ditambahkan kepada populasi. Laju natalitas dapat nol (0) atau positip, tetapi
tidak pernah negatif. Tetapi untuk laju pertumbuhan dN menunjukkan jumlah
bersih penambahan atau pengurungan dalam populasi yang merupakan hasil bukan
saja oleh natalitas tetapi juga oleh mortalitas, emigrasi. Jadi laju
pertumbuhan mungkin negatip, nol atau positip karena populasi dapat berkurang
atau tetap bertambah besar.
Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang
lahir dari setiap 1000 populasi per tahun. Angka kelahiran pedet/anak dapat
dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:
1. Angka kelahiran dikatakan tinggi
jika angka kelahiran > 30 per tahun.
2. Angka kelahiran dikatakan sedang
jika angka kelahiran 20-30 per tahun.
3. Angka kelahiran dikatakan
rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.
c. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian
(umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar
suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada
jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata
mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per
tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah
individual
Sedangkan menurut Rudy C
Tarumingkeng (1994) dalam keadaan sebenarnya perubahan kerapatan yang terjadi
Dalam
suatu populasi disebabkan oleh :
a. Peningkatan karena kelahiran
(mortalitas),
b. Peningkatan karena masuknya beberapa
individu sejenis dari populasi lain (imigrasi),
c. Penurunan karena kematian
(mortalitas)
d. Penurunan karena keluarnya beberapa
individu dari populasi ke populasi lain (emigrasi)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Ekosistem adalah suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur hayati
(organisme) dan unsur-unsur non-hayati (zat-zat tak hidup) serta antara
unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik.
2. Ekosistem mempunyai dua komponen yaitu autrofik
dan heterotrofik,dan mempunyai empat penyusunnya yaitu bahan tak hidup (abiotik),
produsen, konsumen dan pengurai. Ekosistem terdiri dari ekosistem darat dan
ekosistem perairan.
3. Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis
organism hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi
habitatnya ada bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan atau sawah. Secara
garis besar, dikenal empat tipe habitat utama yaitu daratan, perairan tawar,
perairan payau, dan estuaria serta perairan bahari/laut.
4. Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik
yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang
ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya.
5. Populasi mempunyai karakteristik yang khas
untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya.
Karakteristik ini antara lain: kepadatan (densitas), laju kelahiran
(natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan
bentuk pertumbuhan.
B. SARAN
Ekosistem merupakan suatu kawasan yang terdiri
dari unsur hayati dan non hayati, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam
habitat degan segala relung dan populasinya, oleh karena itu kita harus menjaga
keseimbangan ekosistem sehingga tidak ada komponen yang terganggu dan
keberlangsungan kehidupan pun terjamin.
Daftar Pustaka
Darmawan,Agus.
2005. Ekologi Hewan. Malang :
Universitas Negeri Malang
Campbell, Neil A. biologi. Jakarta : Erlangga
http://lumele.blogspot.com/2009_01_01_archive.html,Maret diakses 12,
maret 2013. pkl 20:15
http://www.kamusbesar.com/26886/natalitas
diakses 12,
maret 2013. pkl 20:15
http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas
diakses 12,
maret 2013. pkl 20:15
http://en.wikipedia.org/wiki/Population_growth) diakses 12,
maret 2013. pkl 20:15
Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung :
Institut Teknologi Bandung Press.
Mckenzie, Aulay ; Ball, Andy s. ; Virdee, Sonia. 1998. Instant Notes in Ecology. Springer Verlag : New York.
Odum,
Eugene P (1971) Fundamentals of Ecology. Saunders
College Publishing.
Resosudarmo,
Sujirah, Raden. 1989. Pengantar Ekologi.
Bandung : Remaja Karya
Rudy
C. Tarumingkeng. 1994. Dinamika Populasi.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Swasta,
I.B. Jelantik. 2003. Diktat Ekologi Hewan. Singaraja: Jurdik Biologi
Wirakusumah, Sambas (2003) Dasar-Dasar
Ekologi. Jakarta. Penerbit UI Press
0 komentar :
Posting Komentar