EKOLOGI DAN EKOSISTEM
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Kelompok pada Mata Kuliah Biologi Umum II Semester Kedua yang Diampu oleh Dr. Nanik Heru S, M.Si
DISUSUN
OLEH :
1.
SKOLASTIKA DARA S (24020112130050)
2.
KHALISA AINI SINAGA (24020112130077)
3.
ALIVIA PRIMA L (24020112130078)
4.
AGNISTISYA WIDARANTI (24020112130082)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “EKOLOGI DAN EKOSISTEM”.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Ilmu Lingkungan di Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan makalah ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
- Ibu Dr. Nanik Heru S, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah Ilmu Lingkungan.
- Rekan-rekan yang mengikuti perkuliahan Biologi Umum II.
- Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
- Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah “EKOLOGI DAN EKOSISTEM”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penyusun. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang, 5 April 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A.
Latar
Belakang................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.............................................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II EKOLOGI DAN EKOSISTEM................................................................................ 3
A.
Ekologi..................................................................................................................3
B. Komponen Penyusun Ekologi
………………………………………………….4
C. Pembagian Ekologi
……………………………………………………..…….. 6
D.
Tingkatan Organisme dalam Ekologi ………………………………………… 7
E. Piramida
Ekologi................................................................................................ 8
F. Ekosistem........................................................................................................... 9
G. Macam-macam Ekosistem.................................................................................. 9
H. Studi Kasus
……………………………………………………………………14
BAB III
PENUTUP............................................................................................................... 16
A.
Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran…………………………………………………………………………….16
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
sebagai makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya
interaksi antara manusia dan lingkungannya, mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan ekologi seperti kerusakan tanah, pencemaran lingkungan, dan
sebagainya. Keadaan ini makin diperbesar dengan adanya penggalian dan
pemanfataan sumber-sumber alam untuk menunjang kehidupan manusia akibat
pertumbuhan penduduk yang cepat.
Manusia
mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Makin
tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Makin besar
jumlah kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan, maka berarti makin
besar perhatian manusia terhadap lingkungan.
Perhatian
dan pengaruh manusia hidup terhadap lingkungan makin meningkat pada zaman
teknologi maju. Masa ini manusia mengubah lingkungan hidup alami menjadi
lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk
memenuhi bahan dasar industri. Sebaliknya hasil sampingan dari industri berupa
asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan sifatnya,
kebutuhan hidup manusia dapat dilihat dan dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan
hidup materil, dan kebutuhan hidup nonmateril. Kebutuhan hidup materil , antara
lain adalah air, udara, sandang, pangan, papan, transportasi, serta
perlengkapan fisik lainnya. Dan kebutuhan nonmateril adalah rasa aman, kasih
sayang, pengakuan atas eksistensinya, dan sistem nilai dalam masyarakat.
Manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar
tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Disini jelas terlihat bahwa manusia
merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini disebabkan manusia
dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa
yang
dikehendaki. Namun demikian, kegiatan manusia ini dapat menimbulkan bermacam-macam
gejala.
Secara
sekilas penulis gambarkan bahwa masalah lingkungan bukanlah masalah yang mudah,
namun merupakan masalah yang sangat global.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dari ekologi?
2. Apa
saja jenis-jenis ekologi?
3. Apakah
pengertian dari ekosistem?
4. Bagaimana
susunan ekosistem?
5. Apa
saja macam-macam ekosistem?
C.
Tujuan
1. Menguraikan
pengertian dari ekologi.
2. Menguraikan
jenis-jenis ekologi.
3. Menguraikan
pengertian dari ekosistem.
4. Menguraikan
susunan ekosistem.
5. Menguraikan
macam-macam ekosistem.
BAB II
EKOLOGI DAN EKOSISTEM
A.
Pengertian
Ekologi
Ekologi berasal
dari bahasa Yunani “Oikos” yang berarti rumah atau tempat hidup, dan “logos”
yang berarti ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian hubungan
organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi
merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada
juga yang mngatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari
hubungan antara tumbuhan, binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana
mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut.
Ekologi
merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa yang ada dan apa
yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi biasanya ekologi
didevinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-organisme atau
kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan
timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan lingkungannya. Sebab ekologi
memperhatikan terutama biologi “golongan-golongan” organisme dan dengan
proses-proses fungsional di daratan dan air adalah lebih tetap berhubungan
dengan upaya mutakhir untuk mendefinisikan ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi
alam, telah dipahami bahwa manusia merupakan bagian dari pada alam. Menurut
Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah bagian dari alam. Struktur di
sini menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat
tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas, penyebaran potensi
unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang
mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya menggambarkan sebab-akibat yang
terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama ekologi adalah mencari pengertian
bagaimana fungsi organisme di alam.
Jelaslah bahwa
ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu
yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dan
dengan komponen di sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga
menaruh minat kepada manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk
hidup) dalam kehidupan di biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan.
Selanjutnya dengan adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju sejak
tahun 1968 sedangkan di Indonesia sejak
tahun 1972, di
mana setiap orang mulai memikirkan masalah pencemaran, daerah-daerah alami,
hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu
bumi karena efek rumah kaca atau pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya
telah memberikan efek yang mendalam atas teori ekologi. Ekologi merupakan
disiplin baru dari Biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi
serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial.
B.
Komponen
Penyusun Ekologi
Suatu
organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu
organisme akan sangat bergatung pada organisme lain dan berbagai komponen
lingkungan yang ada di sekitarnya. Kehadiran organisme lain dan berbagai
komponen lingkungan sangat dibutuhkan untuk keperluan pangan, perlindungan,
pertumbuhan, perkembangan, dll. Hubungan antar organisme atau dengan
lingkungannya akan sangat rumit dan kompleks, mereka saling berinteraksi satu
sama lain membentuk suatu ekologi atau sering disebut ekosistem. Pembahasan
ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya,
yaitu faktor abiotik dan biotik.
1. Faktor
Biotik
Faktor biotik adalah
faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun
hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan
sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Faktor
biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu,
populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan.
2. Faktor
Abiotik
Faktor abiotik adalah
faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor abiotik adalah
sebagai berikut:
a.
Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
b.
Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c.
Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk
d.
Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
e.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda.
f.
Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu
g.
Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi
C.
Pembagian
Ekologi
Berdasarkan
atas komposisi jenis organisme yang dikaji. maka ekologi dibagi menjadi:
1. Autekologi,
membahas pengkajian individu organisme atau individu spesies yang penekanannya
pada sejarah-sejarah hidup dan kelakuan dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Misalnya, mempelajari sejarah hidup suatu spesies, perilaku maupun
adaptasinya terhadap lingkungan.
2. Sinekologi,
membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-organisme sebagai satuan.
Misalnya, mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa,
mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, atau
taman nasional.
Berdasarkan
atas habitat suatu spesies atau kelompok spseies organism, maka ekologi dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Ekologi
daratan (terestrial), yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme
dengan organisme lainnya serta dengan semua wilayah daratan tegalan, kebun,
ladang, hutan lahan kering, padang rumput, atau gurun.
2. Ekologi
air tawar (freshwater), yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme lainnya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di wilayah
perairan tawar. Contoh wilayah perairan tawar adalah danau, sungai, kolam,
sumur, rawa atau sawah.
3. Ekologi
bahari, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan
organisme lainnya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di wilayah
perairan asin atau lautan
4. Ekologi
estuarin, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan
organisme lainnya serta dengan semua komponenlingkungan yang ada di wilayah
perairan payau. Contoh wilayah perairan payau adalah muara sungai, teluk dan
laguna.
5. Ekologi
hutan, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan
organisme lainnya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di ekosistem
hutan.
6. Ekologi
padang rumput, yaitu mempelajari hubungan timbal balik antara organisme dengan
organisme lainnya serta dengan semua komponen lingkungan yang ada di ekosistem
padang rumput.
Berdasarkan
taksonomi atau sistematikanya, ekologi dibedakan menjadi:
1. Ekologi
tumbuhan
2. Ekologi
serangga
3. Ekologi
burung
4. Ekologi
vertebrata
5. Ekologi
mikroba
D. Tingkatan Organisme dalam
Ekologi
Makhluk
hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat
paling sederhana ke tingkat organisasi yang paling kompleks. Tingkatan (hirarki)
berarti suatu penataan menurut skala dari yang terkecil ke yang terbesar atau
sebaliknya. Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan materi/benda) pada
setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem dengan fungsi yang khas. Suatu system
terdiri dari komponen-komponen yang secara teratur berinteraksi dan
berketergantungan, yang keseluruhannya membentuk suatu kesatuan.
Adapun
tingkatan organisme dalam ekologi adalah sebagai berikut:
1. Protoplasma, merupakan zat hidup dalam sel yang terdiri dari senyawa organik komplek.
2. Sel, satuan dasar organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti.
3. Jaringan, kumpulan sel yang memiliki fungsi dan bentuk yang sama.
4. Organ, bagian organisme yang mempunyai fungsi tertentu.
5. Sistem organ, kumpulan organ yang bekerjasama antara struktur dan fungsional secara harmonis.
6. Organisme, makhluk hidup.
7. Populasi, Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu
1. Protoplasma, merupakan zat hidup dalam sel yang terdiri dari senyawa organik komplek.
2. Sel, satuan dasar organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti.
3. Jaringan, kumpulan sel yang memiliki fungsi dan bentuk yang sama.
4. Organ, bagian organisme yang mempunyai fungsi tertentu.
5. Sistem organ, kumpulan organ yang bekerjasama antara struktur dan fungsional secara harmonis.
6. Organisme, makhluk hidup.
7. Populasi, Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu
8.
Komunitas, kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain
9.
Ekosistem, tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan saja, tetapi juga
segala bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu, dan energi yang
menjadi kekuatan bagi ekosistem. Komponen
penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora,
karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
10.
Biosfer, tingkatan organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan
dibumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
E.
Piramida
Ekologi
Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar
trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan
menyimpan energi pada tiap trofik. Struktur
trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakanantar trofik yang secara umum
memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran
perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida
ekologi, selanjutnya konsumen primer, sekunder, tersier
sampai konsumen puncak.
Ketika
organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I), maka energi yang
tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh konsumen I
(pemakannya) dan konsumen II akan mendapatkan energi dari memakan konsumen I,
dan seterusnya. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu disebut taraf trofi. Tingkat taraf trofi
dapat juga diartikan sebagai tingkat dalam suatu rantai makanan yang menunjukkan pengelompokan
organisme yang memiliki pola dan cara memperoleh makanan yang sama.
Ada beberapa tingkatan taraf trofi
pada rantai makan sebagai berikut:
1.
Tingkat taraf trofi 1 : organisme dari golongan produsen (produsen primer)
2. Tingkat taraf trofi 2 :
organisme dari golongan herbivora (konsumen primer)
3.Tingkat taraf trofi 3 :
organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder)
4.Tingkat taraf trofi 3 :
organisme dari golongan karnivora (konsumen predator)
Di
dalam rantai makanan tersebut, tidak seluruh energi dapat dimanfaatkan, tetapi
hanya sebagian yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke organisme lainnya, karena
dalam proses transformasi dari organisme satu ke organisme yang lain ada
sebagian energi yang terlepas dan tidak dapat dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan
hijau sebagai produsen menempati taraf trofi pertama yang hanya memanfaatkan
sekitar 1% dari seluruh energi sinar matahari yang jatuh di permukaan bumi melalui fotosintesis yang diubah menjadi zat organik.
Jika
tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya 10% energi
yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk
pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bentuk panas terbuang ke atmosfer. Selama keadaan produsen dan
konsumen-konsumen tetap membentuk piramida, maka keseimbangan alam dalam ekosistem akan
terpelihara.
F.
Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan timbal
balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekologi
atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan
tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi.
Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan
sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer..
Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang
beragam. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup
,dan tidak hidup di suatu tempat serta Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran
suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya
serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum
toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun
memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.Dengan
demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem
tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup
yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya
untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam.
G.
Macam-macam Ekosistem
Secara
garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
1.
Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang
lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya).
Ekosistem darat dibedakan menjadi
beberapa bioma, yaitu sebagai berikut:
a. Bioma gurun
Beberapa
Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan
dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan
rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mencapai 45°C) sehingga
penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai
0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang
terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki
akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di
gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
b. Bioma padang rumput
Bioma
ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.
Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun
tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya
tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing
liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
c. Bioma hutan basah
Bioma hutan basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan
relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung
letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah
terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar
organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan
kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah
tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek
sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau,
dan burung hantu.
d. Bioma hutan gugur
Bioma
hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan
merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin,
semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu
rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan
rakoon (sebangsa luwak).
e. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer,
pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara
lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur.
f. Bioma tundra
Bioma
tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara
dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan
biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya
mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini
ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas.
Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa
kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
2. Ekosistem
perairan
Ekosistem
perairan ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa air.
a.
Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara
lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh
iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah
sebagai berikut:
a.a
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar
biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan
alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri.
Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar
jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air,
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
a.b
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh
nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang
kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan,
dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
Habitat air tawar merupakan
perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat
berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup:
a. Berdasarkan aliran energi, organisme
dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu
karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada
substrat sisa-sisa organisme.
b. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai
berikut.
1) Plankton; terdiri atas fitoplankton
dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2) Nekton; hewan yang aktif berenang
dalam air, misalnya ikan.
3) Neuston; organisme yang mengapung
atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya
serangga air.
4) Perifiton; merupakan tumbuhan atau
hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
5) Bentos; hewan dan tumbuhan yang
hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau
bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan
menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau
dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1) Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi.
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi.
2) Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang
mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen
pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai
berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan
komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai
gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar,
sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular.
b. Ekosistem
air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1) Ekosistem Laut
Habitat
laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah
dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk.
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya
secara horizontal.
2)
Ekosistem pantai
Ekosistem
pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat
pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska,
dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah
pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh
ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan
karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah
pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh
beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
H.
Studi
Kasus
1) Pengaruh
kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu karang: studi kasus efek
sedimentasi di wilayah pesisir timur pulau Bintan
Ekosistem terumbu karang adalah
salah satu ekosistem khas pesisir tropis yang memiliki berbagai fungsi penting,
baik secara ekologis maupun ekonomis. Fungsi ekologis tersebut adalah penyedia
nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemilahan biota perairan,
tempat bermain, dan asuhan bagi berbagai biota. Di samping fungsi ekologis,
terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi
penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan
kerang mutiara. Pada tahun 1996 diperkirakan luas terumbu karang di perairan
Bintan adalah 16.860,5 hektar. Pengamatan di lapangan atas terumbu karang yang
dilakukan di sekitar perairan Pantai Trikora, di pesisir timur Pulau Bintan,
memperlihatkan bahwa kondisi terumbu karang pada lokasi tersebut telah
mengalami kerusakan. Hal ini dilihat dari tutupan karang hidup yang rendah
serta banyaknya ditemukan karang mati. Banyaknya karang mati yang ditemukan
diduga disebabkan oleh berbagai kegiatan pembangunan yang berlangsung di wilayah
pesisir timur Pulau Bintan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengaruh
kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu karang cukup besar, meliputi
perusakan karang secara langsung melalui ledakan bom maupun penambangan karang,
pencemaran dari berbagai kegiatan di sepanjang pesisir, dan sedimentasi yang
dapat meningkatkan kekeruhan perairan dan menghambat pertumbuhan karang, bahkan
mematikan terumbu karang. Namunberdasarkan pengamatan dalam kurun waktu tahun
2000-2006, kegiatan pembangunan yang pengaruhnya paling besar pada ekosistem
terumbu karang adalah kegiatan pembukaan lahan.
2) Gambaran
Kerusakan Ekosistem Mangrove
Dasawarsa ini terjadi penurunan
luasan dan kualitas hutan mangrove secara drastis. Ironinya, sampai sekarang tidak
ada data aktual yang pasti mengenai luasan hutan mangrove, baik yang kondisinya
baik, rusak maupun telah berubah bentang lahannya, karena umumnya hutan
mangrove tidak memiliki boundary yang jelas. Gambaran kerusakan ekosistem
pesisir juga bisa dilihat dari kemerosotan sumberdaya alam yang signifikan di
kawasan pesisir, baik pada ekosistem hutan pantai, ekosistem perairan, fisik
lahan dan lain-lain, yang berakibat langsung pada Terkait dengan faktor-faktor
penyebab kerusakan ekosistem mangrove, ada tiga faktor utama penyebab kerusakan
mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan
faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti
pencemaran minyak, logam berat. menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
pesisir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Simpulan yang
dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah:
1.
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbale balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.
2.
Suatu
organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu
organisme akan sangat bergantung pada organisme lain dan berbagai komponen
lingkungan yang ada di sekitarnya.
3.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara
unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekologi
atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan
tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi.
4. Ekosistem dibedakan menjadi
ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas
ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
B. Saran
Dalam suatu
kehidupan, suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan
hidupnya suatu organisme akan sangat bergantung pada organisme lain dan berbagai
komponen lingkungan yang ada di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2008. Ekosistem Umum.
macam-ekosistem/tanggal
28 Maret 2013.
Anonim B. 2009. Ekosistem. http://hend-learning.blogspot.com/2009/05/ekosistem.html
tanggal 28 Maret 2013.
Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta: Rajawali.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang.
0 komentar :
Posting Komentar