TITANIUM: September 2014

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Jamur Entomopatogenik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
      Jamur merupakan organisme eukariotik, ada yang bersifat saprofit, mutualisme dan parasit.Apabila suatu jamur bersifat saprofit artinya jamur itu hidup pada organisme yang telah mati untuk mengurai bahan organik sebagai substrat untuk makanannya jadi tidak bersifat merugikan. Jamur yang bersifat mutualisme adalah jamur yangbersimbiosis dengan algae, dimana jamur akan menyediakan bahan anorganik yang dibutuhkan algae untuk fotosintesis sehingga jamur bisa mendapatkan nutrisi (bahan organik) dari algae atau yang dikenal dengan istilah lichenes, sedangkan jamur yang bersifat parasit adalah jamur yang mengambil nutrisi dari inang bahkan bisa dengan cara membunuh inang tersebut. Jenis jamur ini merugikan.
      Pada umumnya jamur yang bersifat parasit adalah jenis jamur yang merugikan karena menyerap nutrisi pada tubuh inang yang ditempelinya, akan tetapi ada pengecualian pada jamur entomopathogenik. Jamur entomopatogenik adalah kelompok jamur yang dapat menginfeksi serangga, jamur ini tidak bersifat merugikan walaupun dapat menginfeksi serangga. Terdapat banyak jenis jamur yang dapat menginfeksi serangga yang salah satunya adalah spesies Beauvaria bassiana
      Beauvaria bassianaadalah jenis jamur dari filum Ascomycota yang memiliki kemampuan sebagai biopestida alamikarena sebagai patogen dari serangga hama seperti belalang, ulat, rayap, semut merah, wereng, walang sangit merugikan pertanian, perkebunan, hutan, tanaman hias ataupun holtikultura. Dengan cara menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh seranggadengan diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dalam bentuk konidia yang dapat menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh serangga. Pemberantasan hama secara alami atau biologi jauh lebih aman dan murah untuk dilakukan dibandingkan dengan cara kimia seperti menggunakan pestisida.
      Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa jamur entomopatogenik adalah jamur yang memiliki manfaat dan peranan penting dalam bidang perkebunan dan pertanian sehingga kita perlu dan memahami tentang materi dan pengaplikasian materi tersebut.

1.2  Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan jamur entomopatogenik?
2. Bagaimana mekanisme penyebaran jamur entomopatogenik?
3. Apa saja contoh dari jamur entomopatogenik?
4. Apakah manfaat dari jamur entomopatogenik?
5. Apakah jamur Beauveria bassiana dan apakah manfaatnya?
6. Bagaimakah morfologi dan struktur tubuh jamur Beauveria bassiana?
7. Bagaimanakah klasifikasi jamur Beauveria bassiana?
8. Bagaimana mekanisme infeksi jamur Beauveria bassiana terhadap serangga?

1.3  Tujuan
1.  Mengetahui dan memahami tentang jamur entomopatogenik
2.  Mengetahui dan memahami mekanisme penyebaran jamur entomopatogenik
3.  Mengetahui dan memahami contoh jamur entomopatogenik
4.  Mengetahui dan memahami manfaat dari jamur entomopatogenik
5.  Mengetahui dan memahami jamur Beauveria bassiana dan manfaatnya
6. Mengetahui dan memahami morfologi dan struktur tubuh jamur Beauveria   bassiana
7. Mengetahui klasifikasi jamur Beauveria bassiana
8.  Mengetahui dan memahami mekanisme infeksi jamur Bouveria bassiana      terhadap serangga
BAB II
JAMUR ENTOMOPATOGENIK DAN JAMUR BEAUVERIA BASSIANA
2.1 Jamur Entomopatogenik
      Kelompok jenis jamur yang menginfeksi serangga dinamakan jamur entomopatogenik. Saat ini telah dikenal  750 spesies jamur entomopatogenik dari sekitar  100 genus jamur. Jamur tersebut  masuk ke dalam tubuh serangga tidak melalui saluran makanan tetapi melalui kulit atau integumen.
2.2 Mekanisme Penyebaran Jamur Entomopatogenik
      Mekanisme penyebaran jamur ini adalah konidia masuk kedalam tubuh serangga dan memperbanyak diri melalui pembentukan hifa didalam jaringan epikutikula, epidermis, hemocoel, serta jaringan-jaringann lainnya sehingga semua jaringan dipenuhi miselia jamur.Disamping itu ada beberapa jenis jamur yang dapat mempengaruhi pigmentasi serangga dan menghasilkan toksin yang sangat mempengaruhi fisiologi serangga, karena pengaruh infeksi jamur terhadap pembentukan pigmen, larva atau instar serangga yang terserang jamur memperlihatkan perubahan warna tertentu seperti warna merah muda atau merah.
      Proses perkembangan jamur dalam tubuh inang sampai inang mati memerlukan waktu 7 hari. Setelah inang terbunuh, jamur membentuk konidia primer dan sekunder yang dalam kondisi cuaca yang sesuai , konidia tersebut muncul keluar dari kutikula serangga. Konidia akan menyebarkan sporanya melalui angin, hujan, dan air. Penyebaran dan infeksi jamur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepadatan inang, kesedian spora, cuaca terutama angin dan kelembapan . Kelembapan tinggi dan angin kencang sangat membantu penyebaran konidia dan pemerataan infeksi  patogen pada seluruh individu pada populasi inang.
      Infeksi pada inang adalah proses berkecambahnya spora pada kutikula inang dan menembus pada jaringanmenggunakan enzimdantekanan mekanis. Di dalam haemocoel jamur yang berkembang biak dengan cepat oleh tunas atau hifa pembelahan. Sel ragi seperti yang dihasilkan (blastospores) menyebar ke seluruh tubuh.Sedangkan kematian host adalah kolonisasi miselium yang luas dapat menyebabkan sesak napas atau kelaparan atau racun yang dikeluarkan oleh jamur .
2.3 Contoh Jamur Entomopatogenik
      Menurut Hadi (2009), Beberapa jamur yang bersifat patogen pada serangga yaitu:
1.   Cordiceps dan Entomophtora yangtermasuk kedalam ordo laboulbeniales sebagai anggota dari kelompok Ascomycotina dan merupakan parasit obligat pada kelompok serangga coleoptera. Jamur Entomogenous tersebut menyerang pada semua stadium perkembangan serangga mulai stadium telur, larva, pupa, dan dewasa.
2.   Trichomycetes  anggota dari Zygomycotina meyerang serangga dan beberapa         arthropoda dengan menempati bagian perut dan rectum. Sifat infeksinya      endo komensal di dalam saluran pencernaan serangga inang tanpa ada hifa          serangga.Nutrien bagi jamur tersebut diperoleh dari larutan zat makanan pada       saluran pencernaan serangga inang.
3.   Coelomomyces anggota dari  Mastigomycotina tidak bersifat endokomensal tetapi             menginfeksi kedalam rongga coelomic larva nyamuk. Kelompok jamur ini bersifat parasit obligat dengan memanfaatkan jaringan lemak larva nyamuk dan membunuh larva tersebut sebelum menjadi pupa.
4.   Entomophtorales merupakan parasit pada hemiptera dan diptera. Hife senositik jamur ini berkembang pada segmen tubuh inang mulai dari isi perut, jaringan kepala, torax dan kaki, kemudian jaringan trachea, contoh:Entomophthora muscae merupakan jamur yang khas menginfeksi  lalat.
5.   Deuteromycetes merupakan jamur yang siklus hidupnya sederhana tanpa tahap seksual diketahui. Reproduksi aseksual menggunakan konidia., contoh: MetarhiziumdanBeauveria.

           

            Gambar1. Kelompok utama jamur entomopatogenik (Hadi, 2009).

2.4 Manfaat Jamur Entomopatogenik
      Jamur entomopatogenik telah diketahui menyebabkan penurunan populasi pada belalang.Hal ini membuat sebagian besar penelitian telah menggambarkan epizootics jamur atau berusaha untuk memanfaatkan jamursebagai agen pengendalian hayati sehingga hasil pertanian, perkebunan dan persawahan dapat meningkat dan mengurangi resiko dari gagal panen.Selain sebagai agen hayati atau biopestisida, jamur ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
2.5 Jamur Beauveria bassiana dan Manfaatnya
      Beuveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa) kumpulan hifa membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.B. bassiana dapat diisolasi secara alami dari pertanaman maupun dari tanah.Epizootiknya di alam sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama pada lingkungan yang lembab dan hangat.
                  Jamur ini digunakan untuk mengendalikan serangga hama atau agen hayati seperti: rayap, kutu putih, beberapa jenis kumbang, semut api, aphid, dan ulat grayakdari tanaman pangan, hias,  buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan,  hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga  tanaman gurun pasir karena sebagai patogen dari serangga hama tersebut, ini dapat diaplikasikan dalam bentuk konidia yang dapat menginfeksi serangga melalui kulit kutikula, mulut dan ruas-ruas yang terdapat pada tubuh serangga.Kelompok serangga memiliki kemampuan yang bervariasi terhadap sifat patogenitas dari jamur.Berbagai kelompok serangga yang terinfeksi yang berbeda telah dikumpulkan dan dibudidayakan untuk menciptakan produk tertentu yang komersial. Terdapat duajenisumum yang digunakan yaitu:GHAdanATCC74040. Produkinidiproduksi melalui fermentasi. Spora(konidia) diekstrakdandiformulasikanmenjadi produkbotol spray.
2.6. Morfologi dan Struktur Tubuh Jamur Beauveria bassiana
      Menurut Sudarmaji(1994), Ciri morfologi dan struktur tubuh jamur ini adalah:
a. Konidia tersusun oleh satu sel(uniseluler),  berbentuk oval agak bulat sampai dengan bulat   telur, dengan diameter 2-3 µm, dan menempel pada ujung serta sisi konidiofor.
b. Konidiofor berbentuk zigzag yang merupakan ciri khas dari   genus beauveria
c. Miselium bersekat dan bewarna putih
d. Hifa fertile terdapat pada cabang dan tersusun melingkar
e. Berwarna putih dan kelihatan pada tubuh inang
f. Tumbuh berkoloni berupa bola- bola spora


Gambar 2.Beauveria bassiana berwarna putih, berkoloni seperti spora berbentuk                bola yang menginfeksi serangga.

           

                                    Gambar 3. Struktur tubuh Beauveria bassiana


2.7. Klasifikasi Jamur Beauveria bassiana
     MenurutSudarmaji(1994), klasifikasi jamur Beauveria bassiana seperti berikut :
Kingdom             : Fungi
Filum                   : Ascomycota
Class                    : Sordariomycetes
Ordo                    : Hypocreales
Family                  : Cordycipitaceae
Genus                  : Beauveria
Spesies                 : Beauveria bassiana
2.8 Mekanisme Infeksi Jamur Beauveria bassiana pada Serangga
      Mekanisme  kerja jamur ini yaitu spora B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya.Spora jamur menempel pada bagian tersebut dan berkecambah membentuk tabung. Kecambah dengan mengirimkan struktur hifa yang menembus kutikula tubuh serangga dan berkembang biak.Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Selama proses infeksi, Beauvaria bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga, terinfeksi mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena, segmen kepala dengan toraks, segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen abdomen dengan caudal (ekor). Dalam waktu 3-5 hari, serangga akan mati. Setelah itu miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga.
      Serangga yang terserang jamur ini akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih.Mayat yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai sumber spora untuk penyebaran sekunder dari jamur. Serangga juga dapat menyebarkan jamur melalui perkawinan. Kelembaban yang tinggi dan air meningkatkan aktivitas konidia dan infeksi berikutnya dari serangga. Spora jamur dapat segera dibunuh oleh radiasi matahari dan menginfeksi dalam suhu dingin atau sedang karena spora mungkin memiliki hidup yang pendek. Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala dengan toraks atau diantara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut.

                         Gambar 4.belalang yang terinfeksi jamur Beauveria bassiana


     Gambar 5.Mumi serangga yang terbentuk akibat terinfeksi jamur Beauveria                               bassiana.



     Gambar 6. Proses infeksi jamur Beauveria bassiana pada serangga (Prayogo,2006).
Keterangan Gambar :
A. Belalang yang terparasit B. bassiana (Photo: Stefan Jaronski, ARS USDA GOV.,         2006);
 B.Coloradopotatobeetle,Leptinotarsa decemlineata,yang terparasit  
B.bassiana(Photo: Andrei Alyokhin, 2008)
C. Lalat yang terparasit B. bassiana (Photo: Sevas Educational Society, 2007)
D.Soybean loopers yang terparasit B. bassiana (Photo: Susan Mahr, University of Wisconsin- Madison)
E. Green Cloverworm yang terinfeksi B. bassiana ((Jim Kalisch, UNL Entomology)
F. European Corn Borer yang terinfeksi B. bassiana (Jim Kalisch, UNL Entomology)
G. Kumbang yang terserang B. bassiana (Photo: The Hidden Forest, 2009)
H. Cicada yang terserang B. bassiana ((Photo: The Hidden Forest, 2007)
I. Larva yang European corn borer instar awal yang terinfeksi B. bassiana (Photo:
Iowa State University, 2006)

    





















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Jamur entomopatogenik Kelompok jenis jamur yang menginfeksi serangga.
2.      Mekanisme penyebaran jamur entomopatogenik adalah konidia masuk kedalam tubuh serangga dan memperbanyak diri melalui pembentukan hifa didalam jaringan epikutikula, epidermis, hemocoel, serta jaringan-jaringann lainnya sehingga semua jaringan dipenuhi miselia jamur.
3.      Beberapa jamur yang bersifat patogen pada serangga yaitu Cordiceps,  Entomophtora,Trichomycetes, Coelomomyces,dan  Entomophtorales, serta Deuteromycetes
4.       Jamur entomopatogenik berfungsi  sebagai agen hayati atau biopestisida,  dan juga menjaga keseimbangan ekosistem.
5.      Beuveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa) kumpulan hifa membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini digunakan untuk mengendalikan serangga hama atau agen hayati.
6.      Ciri morfologi dan struktur tubuh jamur Beauveria bassiana konidia tersusun oleh satu sel(uniseluler),  berbentuk oval agak bulat sampai dengan bulat telur, dengan diameter 2-3 µm, dan menempel pada ujung serta sisi konidiofor. Konidiofor berbentuk zigzag yang merupakan ciri khas darigenus beauveria.  Miselium bersekat dan bewarna putih, hifa fertile terdapat pada cabang dan  tersusun melingkar dan biasanya menggelembung , berwarna putih dan kelihatan pada tubuh inang, tumbuh berkoloni berupa bola- bola spora.
7.       Klasifikasi jamur Beauveria bassiana adalah dari filum Ascomycota, Kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, Family Cordycipitaceae, Genus Beauveria, Spesies Beauveria bassiana.
8.      Mekanisme  kerja jamur Beauveria bassiana  yaitu spora B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Chapman, R.F. and Joern, A. 1990.Biology of Grasshoppers. Lincoln, nebraska.    School of Biological Sciences.
Hadi, M. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu .Yogyakarta.
Michael, J. 1994. The Fungi.London : Academic Press Limited
Prayogo Y. 2006. Upaya mempertahankan keefektifan cendawan entomopatogen   untuk mengendalikan hama tanaman pangan. J. Litbang Pertanian 25: 47-54
Rukmi, I. Suprihadi, A. Purwantisari, S. 2003. Biologi Jamur. Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.
Sudarmaji D, Gunawan S. 1994. Patogenisitas fungi entomopatogen Beauveria      bassiana terhadap Helopeltis antoni. Jember: Balai Penelitian Kopi dan      Kakao, Menara Perkebunan