MUTASI GEN PENYEBAB KANKER KOLON
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Individu
pada Mata
Kuliah Biologi Molekuler
Semester
Empat yang Diampu oleh Bapak Dr. Sunarno, S.Si, M.Si
Oleh:
Siska Melani (24020112130072)
Kelas:
C
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Di
Indonesia, kanker menjadi penyumbang kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung.
Penyebab utama kanker di negara tersebut adalah pola hidup yang tidak sehat,
seperti kurang olahraga,
merokok, dan pola makan yang tak sehat. Di Amerika Serikat dan
beberapa negara berkembang lainnya, kanker sekarang ini bertanggung jawab untuk
sekitar 25% dari seluruh kematian. Dalam setahun, sekitar 0,5%
dari populasi terdiagnosa kanker. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA
menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah
sel normal menjadi sel kanker. Kanker kolorektal (Kolon dan Rektal) menduduki peringkat ketiga jenis kanker yang
paling sering terjadi di dunia. Oleh karena besar pengaruh dari kanker kolon,
maka akan dibahas mutasi gen yang terjadi pada kanker kolon.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Apa
yang dimaksud dengan Kanker?
1.2.2. Bagaimana
Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker?
1.2.3. Apa
yang dimaksud dengan Kanker Kolon?
1.2.4. Bagaimana
Mekanisme Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker Kolon?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menjelaskan
Pengertian dari Kanker
1.3.2. Menjelaskan
Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker
1.3.3. Menjelaskan
Pengertian dari Kanker Kolon
1.3.4. Menjelaskan
Mekanisme Mutasi Gen yang terjadi pada Penyakit Kanker Kolon
BAB II
MUTASI GEN PADA KANKER KOLON
1.
Pengertian kanker.
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang
ditandai dengan kelainan siklus sel khas
yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel
melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, bermigrasi ke
jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.
Kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat
terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk
sebagai kanker usus besar.
2.
Mutasi
Gen pada Kanker.
Setiap hal yang bereplikasi
memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk
mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen.
Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan
(mutasi germline). Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi DNA yang berdampak pada
pertumbuhan sel dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai
mutagen, dan mutagen yang menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen.
Adanya faktor genetik dalam
pembentukan kanker ini terjadi karena salah penyebab kanker adalah mutasi DNA
yang memang diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi tidak semua
jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada
DNA yang dialami dan juga genotipedari mutasi yang
terjadi. Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi
pada gen-gen onkogen dan mutasi pada gen-gen
pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor lah yang biasanya memicu
penurunan kanker. hal tersebut disebabkan karena zigot yang mengalami mutasi
pada gen onkogen biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat
diturunkan.
3.
Kanker Kolon (Usus Besar)
Kanker kolon atau kanker usus
besar adalah tumbuhnya sel-sel tubuh secara tak terkendali pada kolon (usus
besar). Kanker rektal adalah tumbuhnya sel-sel tubuh secara tak terkendali pada
rektum (ujung usus dekat dekat anus). Keduanya jika terjadi bersama disebut
kanker kolorektal (kanker kolon dan rektal). Pada kebanyakan kasus kanker
kolon, kanker bermula dari gumpalan-gumpalan kecil yang tidak ganas yang
terdiri dari sel-sel yang disebut polip adenomatosa (adenomatous polyp). Lambat
laun polip-polip ini menjadi kanker kolon.
4.
Mekanisme
Mutasi Gen pada Kanker Kolon
Ada tiga kelompok utama gen yang
terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor
(Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper.
Proto-onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan dan pembelahan sel. TSG
menghambat pertumbuhan sel atau menginduksi apoptosis (kematian sel yang
terprogram). Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena berfungsi
melakukan kontrol negatif (penekanan) pada pertumbuhan sel. Gen p53 merupakan
salah satu dari TSG yang menyandi protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53
juga berfungsi mendeteksi kerusakan DNA, menginduksi reparasi DNA. Gen gatekeeper berfungsi
mempertahankan integritas genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan
memperbaikinya. Mutasi pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka peluang
terbentuknya kanker.
Pada keadaan normal, pertumbuhan
sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui siklus sel normal yang
dikendalikan secara terpadu oleh fungsi proto-onkogen, TSG, dan gen gatekeeper secara
seimbang. Jika terjadi ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau salah satu
tidak berfungsi dengan baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan
penyimpangan siklus sel. Pertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya
kanker dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus
sel, sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan waktu, penurunan
jumlah kematian sel akibat gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali
populasi sel yang tidak aktif berproliferasi ke dalam siklus proliferasi.
Gabungan mutasi dari ketiga kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan siklus
sel, yang sering terjadi adalah mutasi gen yang berperan dalam mekanisme
kontrol sehingga tidak berfungsi baik, akibatnya sel akan berkembang tanpa
kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan
terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali dan
karsinogenesis dimulai.
Abnormalitas genetik terlihat
mampu memediasi progresi dari normal menuju mukosa kolon yang maligna. Sekitar
setengah dari seluruh karsinoma dan adenokarsinoma yang besar berhubungan
dengan mutasi. Langkah yang paling penting dalam menegakkan diagnosa dari
sindrom kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. Mutasi sangat
jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari
17p ditunjukkan pada ¾ dari seluruh kanker kolon, dan deletion dari 5q
ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian
yang utama dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali
karakternya. Dua sindrom ini, dimana mempunyai predisposisi menuju kanker
kolorektal memiliki mekanisme yang berbeda, yaitu familial adenomatous
polyposis (FAP) dan hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC).
Gen yang bertanggung jawab untuk
FAP yaitu gen APC, yang berlokasi pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC
tumor supresor gen dapat menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker
kolorektal pada umur 40 sampai 50 tahun.2 Pada FAP yang telah berlangsung cukup
lama , didapatkan polip yang sangat banyak untuk dapat dilakukannya kolonoskopi
polipektomi yang aman dan adekuat; ketika hal ini terjadi, direkomendasikan
untuk melakukan prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan endoskopi pada
bagian yang tersisa. Idealnya prophylactic colectomy harus ditunda kecuali
terdapat terlalu banyak polip yang dapat ditangani dengan aman. Prosedur
pembedahan elektif harus sedapat mungkin dihindari ketika memungkinkan.
Screening untuk polip harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang
diberi 400 mg celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata
jumlah polip sebesar 28%. Tumor lain yang mungkin muncul pada sindrom FAP
adalah karsinoma papillary thyroid, sarcoma, hepatoblastomas, pancreatic
carcinomas, dan medulloblastomas otak.20 Varian dari FAP termasuk
gardner’s syndrom dan turcot’s syndrom,
Gambar 4.1 Familial Adenomatous
Poliposis
Pola autosomal dominan dari HNPCC
termasuk lynch’s sindrom I dan II.2 Generasi multipel yang dipengaruhi dengan
kanker kolorektal muncul pada umur yang muda (±45 tahun), dengan predominan
lokasi kanker pada kolon kanan.20 Abnormalitas genetik ini terdapat
pada mekanisme mismatch repair yang bertanggung jawab pada defek eksisi dari
abnormal repeating sequences dari DNA, yang dikenal sebagai mikrosatellite
(mikrosatellite instability). Retensi dari squences ini mengakibatkan ekspresi
dari phenotype mutator, yang dikarakteristikkan oleh frekuensi DNA replikasi
error (RER+ phenotype), dimana predisposisi tersebut mengakibatkan seseorang
memiliki multitude dari malignansi primer.2 Pasien dengan HNPCC mungkin juga
memiliki adenoma sebaceous, carcinoma sebaceous, dan multipel keratocanthoma, Termasuk
kanker dari endometrium, ovarium, kandung kemih, ureter, lambung dan traktus
biliaris.2,20Jika dibandingkan dengan sporadic kanker kolorektal, tumor
pada HNPCC seringkali poorly differentiated, dengan gambaran mucoid dan
signet-cell, reaksi yang mirip crohn’s (nodul lymphoid, germinal centers, yang
berlokasi pada perifer inflitrasi kanker kolorektal), kehadiran infiltrasi
lymphocytes diantara tumor. Karsinogenesis yang terakselerasi muncul pada
HNPCC, pada keadaan ini adenoma kolon yang berukuran kecil dapat menjadi
karsinoma dalam 2-3 tahun, bila dibandingkan dengan proses pada rata-rata
kanker kolorektal yang membutuhkan waktu 8-10 tahun. Ketika kriteria amsterdam
digunakan untuk menentukan proporsi dari kanker kolorektal yang dikarenakan
HNPCC, estimasi keakurasiannya sekitar 1-6 %.
Spesifik mutasi gen pada kromosom
2 dan 3, dikenal sebagai hMSH2, hMLH1, hPMS1 dan hPMS2, telah dihubungkan
dengan HNPCC.2 Sembilan puluh persen dari seluruh mutasi gen yang
teridentifikasi adalah MLH1 dan MSH2.20 Pasien dengan RER+ phenotype
kemungkinan tidak mempunyai germ line abnormal dan mungkin mempunyai abnormal
metilasi dari DNA yang didapat sebagai sumber dari ketidakhadiran ekspresi dari
gen tersebut. Metilasi abnormal lebih sering pada orang yang lebih tua. Tes
germ line untuk menentukan apakah RER+ phenotype merupakan keturunan atau
didapat sangat penting sebagai bagian dari genetik konseling.
Imunohistochemical stains dapat digunakan untuk menentukan apakah tumor
bermanifestasi pada microsatellite instability dan kemudian pasien yang tidak
mempunyai ekspresi gen harus menjalani germ line testing untuk adanya konseling
yang tepat pada anggota keluarga.
Pasien dengan HNPCC mempunyai
kecenderungan untuk menderita kanker kolorektal pada umur yang sangat muda, dan
screening harus dimulai pada umur 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur
anggota keluarga yang pertama kali terdiagnosa kanker kolorektal yang
berhubungan HNPCC. Angka rata-rata pasien dengan HNPCC yang didiagnosa
menderita kanker kolorektal pada umur 44 tahun, dibandingkan dengan pasien
kontrol yang menderita kanker kolorektal pada umur 68 tahun. Prognosis dari
pasien HNPCC terlihat lebih baik daripada pasien dengan sporadic kanker kolon.
Dari penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan HNPCC kurang mendapat manfaat
dari adjuvant kemoterapi berdasarkan kombinasi fluorourasil daripada pasien
tanpa kelainan ini.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Kanker
atau neoplasma ganas
adalah penyakit yang
ditandai dengan kelainan siklus sel khas
yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel
melebihi batas normal), menyerang jaringan
biologis di dekatnya, bermigrasi ke jaringan
tubuh yang lain melalui sirkulasi
darah atau sistem limfatik,
disebut metastasis.
3.2
Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya
kanker, yaitu mutasi pada gen-gen onkogen dan
mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor lah yang
biasanya memicu penurunan kanker.
3.3
Kanker kolon atau kanker usus besar adalah
tumbuhnya sel-sel tubuh secara tak terkendali pada kolon (usus besar).
3.4 Mutasi
sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic
deletion dari 17p ditunjukkan pada ¾ dari seluruh kanker kolon, dan deletion
dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim . 2006. Dteksi Dini Kanker Usus
Besar, (Online), (http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/KankerUsus011106.htm, diakses 1 Mei 2014
Anonim
b. 2006. Gaya hidup penyebab kolorektol, (Online), (http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2058&Itemid=2, diakses 1 Mei 2014).
Casciato
DA, (ed). 2004. Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott
Willi ams & Wilkins: USA.p 201
Garbett
R. GI Disease Picture Changing in Asia Pasific. Medical Tribune 2005;
11: 7.
Hansen J. Common Cancers In The
Elderly. Drugs Aging, (online), 1998 Dec;
13(6):467-78, (www.pubmed.com,. diakses 1 Mei 2014)
Stewart SL, Wike JM, Kato I, Lewis DR, Michaud
F. a population based study of colorectal cancer histology in United States
1998-2001. cancer, (online)2006; 107(5 suppl): American Cancer
Society, (www.pubmed.com, diakses 1 Mei 2014).
Suyono
S.In : Boedi Darmojo R, Pranarka K. (eds.). 2001. buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam II 3th Ed. balai penerbit FKUI: jakarta. p 24
Syah
E. 2002. Karsinoma Rekti. referat sub bagian bedah digestif:
jakarta.
Syamsuhidajat
R, Jong Wim D,(eds). 2004. buku ajar Ilmu Bedah 2nd ed.
EGC: jakarta.
WHO.
2006. The Impact of Cancer, (Online), (http://www.who.int /ncd_
surveillance/infobase/web/InfoBasePolicyMaker/reports/ReporterFullView.aspx?id=5
diakses 1 Mei 2014).